Ibu adalah tiang bangsa, begitu kata
Nabi Saw. Betapa tidak, dari rahim ibulah lahir putra-putri penerus masa depan
bangsa. Jika ibunya mulia, mulia pula masa depan bangsa tersebut. Dan sebaliknya. Jika
ibunya abai, terabaikan pula masa depan bangsa. Semua ibu kandung para Nabi
pastilah ibu-ibu yang mulia. Bagaimana dengan Nabi Muhammad Saw yang ditinggal
wafat oleh ibunya sejak masa balita? Siapakah yang memberikan kasih sayang ibu
kepada Beliau Saw?
Setelah ditinggal wafat oleh ayahnya
saat Muhammad Saw. masih dalam kandungan, ia ditinggal wafat oleh ibunya saat
balita. Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh kakeknya. Setelah ditinggal
wafat oleh kakeknya saat masih kanak-kanak, ia diasuh oleh pamannya, Abu Thalib
ayah Ali bin Abu Thalib hingga beliau Saw. menikah dengan Khadijah pada usia beliau Saw. yang ke-25 tahun. Praktis, kasih
sayang ibu sebelum beliau Saw. menikah justru ia dapatkan dari kakek dan
pamannya yang notabenenya lelaki.
Pasca meninggalnya Khadijah sesaat
sebelum peristiwa hijrah ke Madinah, tidak ada lagi perempuan yang memberikan
kehangatan ibu pada beliau Saw. kecuali anaknya sendiri, Fatimah Az-Zahra.
Dialah putri yang membasuh luka Beliau Saw. sepulang perang. Dialah putrid yang
menunggu kepulangan ayahnya di pintu gerbang. Dialah putri yang menangis ketika
ayahnya dihina oleh pemuka kaum Qhuraisy. Dialah yang memberikan kelembutan
perempuan khas ibu kepada ayahnya. Dialah ibu bagi ayahnya.
3 Tipikal Perempuan
Dalam buku Fatimah adalah Fatimah,
Dr. Ali Syari’ati sosiolog Iran yang menempuh pendidikan pada Universitas
Sorbone Paris, Perancis membagi 3 tipikal perempuan. Diantaranya;
1. Perempuan yang
Kebarat-baratan
Tipikal
perempuan seperti ini sering berkoar-koar tentang emansipasi. Padahal, hak
lelaki dan hak perempuan terbagi atas koridornya masing-masing. Ia lebih banyak
diluar rumah. Walhasil, ia abai terhadap keluarganya, khususnya anak-anaknya.
Pola pikir mereka disusupi hegemoni atau apa yang Antonio Gramschi sebut
dengan penjajahan alam bawah sadar. Jadi, apa yang dikumandangkan barat adalah
kitab suci bagi perempuan model ini. Sungguh, bukan perempuan yang teladan.
2. Perempuan yang Tradisionalis
Aktivitasnya
hanya bertumpu pada sumur, kasur dan dapur. Perempuan macam ini sangat takut
(bukan segan) pada suaminya. Akhirnya, produktivitasnya terpasung oleh
ketakutannya sendiri. Tidak berprinsip, terisolir dan anti sosial. Mungkin ia
lupa bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab sosial. Anak-anaknya tumbuh
dengan jiwa penakut dan tidak mengenal zamannya sendiri. Perempuan seperti ini,
juga bukan ibu yang teladan.
3. Perempuan Teladan
Adalah
ia yang mengurusi rumah tangganya tanpa berpura-pura lupa akan tanggung
jawabnya pada realitas sosial-kemasyarakatan. Suaranya lembut penuh kasih pada
anak-anaknya sekaligus lantang pada siapa saja yang berbuat curang di
lingkungannya. Ia tidak lata terhadap gaya hidup. Tidak pula acuh terhadap
perkembangan peradaban. Singkatnya, ia proaktif di dalam dan di luar
rumahnya.
Apa yang Harus Dilakukan?
Kontemplasi!
Tanyakanlah pada diri sendiri; Siapakah Aku? Bagaimana aku menjadi? Apa
tujuanku hidup di dunia ini? Inilah kekurangan kita, tidak mengenal teladan
yang baik. Bahkan kita tidak mengenal diri kita sendiri. Siapakah
perempuan masa kini? Perempuan masa kini bukan Lady Gaga, Katty Perry, Rihanna.
Bukan! Itu bukan kita. Perempuan-perempuan itu hanyalah boneka kaum kapitalis
yang hendak menyodorkan kepada kita bentuk-bentuk perempuan masa kini melalui
media. Yang jika tidak mengikuti mereka, maka ia bukan perempuan. Itu salah! Perempuan
masa kini adalah perempuan yang bebas menentukan pilihan rasionalnya. Anda
mungkin tidak mengenal De La Vida, Madame Curie, Resas De La Chapelle. Merekalah
perempuan-perempuan hebat dan cerdas. Mereka mengelilingi dunia untuk mencari
pengetahuan hakiki. Karena potensi kehebatan perempuan tersebut, ia ditutup
dari radar dunia oleh Invisible Hands.
Bebaskan dirimu. Dari apa? Jeritan
Eksploitasi. Bangkitlah, membacalah, menulislah dan berjuanglah di dan ke
tengah-tengah masyarakat. Kita mempunyai tanggung Jawab sosial. Mari kita
redefinisi mengenai hakikat perempuan sesungguhnya. Perempuan menghendaki
sebuah model. Siapa? Fatimah Az-Zahra, sang wanita teladan.
Selamat menuju
perempuan sesungguhnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar