Selasa, 22 April 2014

Kehidupan Setelah Mati


  
   Mati adalah sebuah kepastian yang akan dialami oleh setiap yang bernyawa (QS. an Nisa: 78). Tinggallah bagaimana Kita menyikapi kematian itu. Kematian adalah rahasia Tuhan, disamping jodoh dan rezeki. Kita datang dari sisi Tuhan dalam keadaan suci, sudah seharusnya kita kembali ke hadirat-Nya dalam keadaan suci pula. Ibn Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij Al-salikin memaparkan proses at-tamhis (proses pembersihan) dalam tiga tahap. Di dunia, di alam barzakh dan terakhir di alam akhirat. Inilah indikator, betapa besar kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya, hingga-hingga disucikannya kita sebanyak tiga kali. Garis besarnya ada dua:

 I.   Sebelum Kematian
   Dalam Perspektif Sufi, kematian terbagi atas dua. Kematian yang pertama adalah kematian alami. Yaitu kematian yang semua manusia mengalaminya. Sedang kematian yang kedua adalah kematian irady. Kematian yang belum tentu semua manusia mengalaminya.  Mematikan ego, atau lebih sederhananya: perbaikan akhlak. Seperti sabda Rasul Saw. : “ Mutu qabla antamutu “, Matilah kamu sebelum Mati. Jadi, sebelum kematian jasadi, Kita harus membunuh ego kebinatangan Kita. Sebagai ganti perbaikan amal. Untuk apa? Karena amal perbuatan Kita di dunia sekarang akan  berpengaruh pada dunia selanjutnya.  Untuk menyadari perilaku, Kita harus memahami tujuan dan konsekuensi perilaku tersebut. Jawabannya ada pada;


 II.   Setelah Kematian

 1)    Ajal, adalah masa berakhirnya sesuatu. (QS. Al-an’am: 2). Setiap makhluk mempunyai ajal masing-masing. Begitupun manusia. Saat kita mati nanti, itu berarti ajal kita di dunia ini sudah berakhir. Otomatis, status Kita sebagai mukallaf (hamba yang berkewajiban mematuhi perintah dan menjauhi larangan Tuhan) juga berakhir.

 2)  Alam Barzakh, adalah dinding pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat yang menghalangi siapapun yang mati kembali ke dunia atau menuju ke kehidupan kekal di akhirat. Tentunya, alam barzakh lebih luas dari alam dunia. Karena alam barzakh adalah alam gaib yang non materi. Tidak terikat ruang dan waktu. Sementara alam dunia bersifat materi dan fisik (QS. Ghafir:46).

 3) Peniupan sangkakala, dilakukan sebanyak dua kali. Peniupan pertama sebagai tanda kiamat dan kematian seluruh makhluk. Dan peneniupan yang kedua menandakan kebangkitan kembali seluruh makhluk untuk dikumpulkan di padang mahsyar (QS. az-Zumar: 68).

 4) Sepintas, hari kiamat menjadi titik akhir kehancuran total alam semesta. Padahal, hal tersebut adalah proses penyempurnaan sistem itu sendiri. Dengan kehancuran tersebut, segala sesuatu dapat mencapai tujuan penciptaanya. Hakikat kehidupan dunia akan terungkap jelas pada hari kiamat nanti (QS, Qaf: 22).

  5)  Sirath, adalah jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang yang berada diatas neraka. Sirath ini harus dilewati oleh semua makhluk, beriman apalagi durhaka. Jembatan ini dikendali oleh seratus ribu malaikat yang kasar lagi keras (QS. Al-Fajr: 23).

 6) Timbangan amal. Tuhan menimbang amal-amal manusia di hari kemudian dengan parameter kebenaran, dan beratnya ditentukan oleh parameter kebenaran tersebut (QS. Al-A’raf: 8-9). Tuhan tidak akan menimbang amal perbuatan yang sia-sia  (QS. al-kahfi: 105). Analogi sederhananya seperti ini, penguji tidak akan memeriksa kertas ujian dimana seseorang yang diuji tersebut kedapatan menyontek atau menerima kunci jawaban. Jawaban salah masih dihitung. Jawaban hasil contek, siakan waktu bila dihitung. Sudah pasti kecurangan atau keburukannya.

 7)  Buku catatan amal bagi manusia bagaikan kalung. Kalung pada hewan piaraan misalnya. Kalung pada leher hewan tersebut menjadi identitas yang melekat dan selalu beserta dengan si hewan. Kalung  dan catatan amal adalah sama, sebagai penunjuk yang terus melekat (QS. al-Isra’: 13). Catatan amal manusia dicatat oleh malaikat. Dan kelak di hari kemudian malaikat mencocokkan buku catatan amal yang ia catat dengan kitab induk Lauh Mahfuzh yang berisi segala kejadian dan pengetahuan.  Catatan malaikat tersebut lebih tepat jika menggunakan kata menyalin, bukan mencatat, terlebih menulis. Karena semua telah tertulis di kitab induk. Malaikat hanya menyalin dan kelak mencocokannya di hari kemudian (QS. al-jatsiyah: 29).

  8)  Kita semua sepakat, satu saksi bukan saksi. Dengan kata lain validitasnya kurang kuat di mata hukum. Itu hukum dunia. Inilah Para Saksi di hari kiamat :
a)      Rasulullah Saw dan Para Imam as. (QS. at_Taubah:105)
b)      Para Malaikat pencatat amal. (QS. Qaf: 16-17)
c)      Anggota tubuh manusia (QS. Yasin:65)
d)     Waktu dan tempat (QS. Luqman: 15-16)
e)      Al-Qur’an, amal perbuatan dan ibadah manusia

  9)  Syafaat di dunia mensyaratkan nilai tawar bagi pemberi syafaat (terkesan pragmatis). Sedangkan syafaat di akhirat, lepas dari segala bentuk kemunafikan dan kecurangan. Syafaat artinya genap atau mengenapkan. Syafaat diberikan kepada pendosa yang diridhoi (QS. Thaha: 109-110). Bagaimana agar kita diridhoi ? Tanda-tanda manusia yang diridhoi adalah ia bahagia bila melakukan kebenaran dan kebaikan. Pun ia menyesal bila melakukan dosa dan kesalahan. Perbanyaklah istighfar ! Pemberi syafat adalah :  para Nabi dan para Wali, para malaikat yang beristighfar, Orang mukmin dan para saksi atas amal manusia, amal salih, Al-Qur'an, amanat dan pertalian rahim.

  10) Surga adalah hadiah atau bentuk apresiasi dari Tuhan teruntuk makhluk-Nya yang taat (QS. az-Zumar: 73-74). Surga adalah hadiah terindah sekaligus terendah. Pecinta sejati berharap jumpa dengan Kekasih, bukan sekadar hadiah. Seperti perkataan Imam Al-Ghazali, bahwa kenikmtan yang paling besar bukanlah tinggal di surga, tapi kesempatan memandang wajah Tuhan.

  11) Apresiasi untuk makhluk yang berprestasi adalah surga. Sedang makhluk yang menolak kebenaran akan diganjar dengan hukuman berupa neraka yang bahan bakar dan isinya kebanyakan jin, batu dan manusia. Itulah seburuk-buruk tempat kediaman (QS. Ibrahim: 28-29).

 12) Al-a’raf adalah tempat tertinggi yang ditinggali oleh hamba-hamba yang mukhlis. Mereka tidak terguncang oleh dahsyatnya gelegar kiamat, tidak terkejut dengan nyaring tiupan sangkakala (QS. an-Naml: 87-90), bahkan amalan mereka tak perlu ditimbang. Ibarat pelajar yang bebas tes masuk ke perguruan tinggi. Tempat hamba tersebut di a’raf (tempat yang tinggi) sebagai pagar pembatas antara surga dan neraka (QS. al-A’raf: 46-49).

Solusinya adalah Amal Baik

            Setelah mati, amal perbuatan Kita akan menjelma menjadi sesosok makhluk. Baik-buruknya makhluk tersebut tergantung dengan amal perbuatan Kita saat masih hidup di dunia. Manifestasi amal tersebut dinamai tajassum amal. Penjelmaan amal, terbagi atas tiga; Pertama,  amal buruk seperti membunuh,  menganianya, dan sejenisnya akan berwujud binatang buas. Kedua, amal baik akan menjadi makhluk indah, putih dan bercahaya. Ketiga, amal yang akan menjadi konsekuensi langsung yang terjadi di dunia sekarang. Karena alam semesta ini adalah satu kesatuan. Jika kita menabang pohon, membuang sampah di sembarang tempat maka tunggulah hingga bencana banjir, pemanasan global, dan lain sebagainya akan menyapa. Sebaliknya, jika amal kita baik seperti menanam pohon, membersihkan lingkungan maka kita akan mendapatkan udara segara dan kehidupan yang sehat. Tuhan bertanya kepada kita semua : Kalian ini hendak kemana ? Where are you going ? (QS. at-Tahrir: 26). Dijawab dengan indah oleh Nabi Ibrahin as. “ Inni dzahibun ila rabbi sayahdin “ Aku menuju Tuhanku, pastilah Ia memberi petunjuk kepadaku.

Selamat menuju kematian hakiki!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar