Apa
perbedaan pemimpin dengan ketua, penguasa, bos dan sebagainya? Mengapa
belakangan ini banyak diselenggarakan latihan kepemimpinan? Apakah bangsa kita
krisis kepemimpinan? Atau malah kebanyakan pemimpin? Berikut ini adalah
pelajaran yang saya pilah dan pilih dari buku 21 Hukum Kepempinanan Sejati
karya John Maxwell.
Pada Mulanya; Pemikiran
Pemimpin
Tidak
ada yang namanya terlahir secara alami sebagai pemimpin. Itu karena dia lahir
dari orangtua yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang besar. Entah itu diwariskan
melalui gen atau kebiasaan-kebiasaan yang dicontohi sang anak dari orangtuanya.
Entah itu orangtua kandung atau orangtua angkat/pengasuh. Satu-satunya pola
berpikir benar untuk menjadi pemimpin adalah melatihnya dengan belajar mengenai
kepemimpinan. Lakukanlah sesuatu berdasarkan skala prioritas. Karena tidak
semua kegiatan termasuk prestasi. Kita
harus rela berkorban demi peningkatan. Benar kata Gerald Brooks; “ Jika Anda menjadi pemimpin, Anda kehilangan hak untuk memikirkan diri
sendiri. “ Tanggung jawab kita bertambah, sementara hak kita berkurang. Pilih
skala prioritas tersebut menggunakan pemikiran, bukan berdasar perasaan.
Semuanya
akan mendengarkan. Pemimpin atas dasar posisi selalu ingin duluan berbicara dan
yang mendengarkan hanya bawahannya yang berdasar posisi pula. Sementara
pemimpin sejati biasanya berbicara di akhir pertemuan dan semua orang
mendengarnya. Karena ujian sesungguhnya terhadap kepemimpinan bukanlah darimana
Anda memulainya, tapi bagaimana Anda mengakhirinya. Bagaimana agar kita bisa didengarkan? Kita
baru bisa didengarkan setelah karakter kita dipercayai. Karakter melahirkan
kepercayaan yang kekal. Persis seperti ungkapan J.R. Miller; “ karakter seseorang takkan pernah dapat
dikuburkan “. Karakter lahir dari kebiasaan, kebiasaan lahir dari tindakan,
tindakan lahir dari perkataan dan perkataan lahir dari pemikiran. Karenanya,
setelah berpikir dan berkata, pemimpin harus segera merealisasikannya dalam
tindakan.
Apa yang Dilakukan Seorang
Pemimpin?
Seperti
investasi, kepemimpinan memerlukan adanya proses. Kita tidak akan kaya hanya
dalam semalam. Maka untuk menjadi pemimpin di hari esok, belajarlah hari ini.
Peribahasa kuno berbunyi; “ para juara tidak menjadi juara di atas ring, hanya
saja mereka dikenal menjadi juara disana. “
Karena mengetahui bahwa apa yang dia lakukan kepada orang lain
berbanding lurus dengan apa yang orang lain lakukan padanya, maka pemimpin akan
berinisiatif untuk berhubungan baik kepada orang lain. Kita tidak akan bisa
memimpin orang lain tanpa terlebih dahulu menyentuh hatinya. Itulah mengapa
pemimpin harus mengedapankan akhlak (sosial).
Karakter Seorang Pemimpin
Anda
mungkin mengira bahwa seseorang yang mengemudikan kapal adalah kapten kapal
tersebut. Secara fisik, pengemudi kapal memang mengemudikan kapal, tapi dia
juga tunduk berdasarkan perintah kapten. Mengapa pengemudi kapal mau-mau saja
tunduk pada perintah sang kapten? Karena orang-orang dengan sendirinya
mengikuti seseorang yang lebih mempunyai kemimpinan daripada dirinya sendiri.
Karakteristik pemimpin dapat dilihat dari lingkungannya. Ianya memberdayakan
orang-orang di sekitarnya agar menjadi pemimpin selanjutnya. Ianya menciptakan
pergaulan para pemimpin. Untuk itu, dibutuhkan seorang pemimpin untuk
mengangkat pemimpin lainnya. Mustahil memberi tanpa memiliki. Sebagaimana
mustahilnya seorang pengikut mengangkat seorang pemimpin.
Ditakdirkan Sebagai
Pemimpin; Buah dari Kepemimpinan
Kemampuan
memimpin berbanding lurus dengan efektivitas seseorang. Rumusnya sederhana
saja, jika kemampuan memimpin kita bernilai 7, maka efektivitas kita tidak
lebih dan tidak kurang dari 7 juga. Olehnya, untuk melihat peningkatan
efektivitas organisasi, peningkatan kualitas kepemimpinan pemimpinnya mutlak
adanya. Kalau tidak begitu, jalan terakhir adalah dengan mengganti pemimpinnya.
Daya tarik Anda bergantung pada siapa yang tertarik atau mengikuti Anda.
Semakin kita meningkatkan kualitas diri, semakin berkualitas pula yang tertarik
untuk mengikuti kita.
Tidak
peduli apa posisi atau profesi Anda, entah itu pengusaha, eksekutif, pengajar,
agamawan atau yang lainnya, kepemimpinan harus Anda pelajari. Seperti kata
Stephen R. Covey; “ Pemimpin bukanlah posisi, melainkan pilihan. “ Nilai akhir
kepemimpinan diukur berdasarkan suksesi kita, mengenai siapa dan apa saja yang
kita wariskan. kepemimpinan akan menjadi budaya dan mentalitas dari generasi ke
generasi. Karena segalanya jatuh bangun bergantung pada kepemimpinan.
Semoga
kepemimpinan kita terbentuk!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar