Kamis, 13 Februari 2014

21 Hukum Kepempinanan Sejati

Apa perbedaan pemimpin dengan ketua, penguasa, bos dan sebagainya? Mengapa belakangan ini banyak diselenggarakan latihan kepemimpinan? Apakah bangsa kita krisis kepemimpinan? Atau malah kebanyakan pemimpin? Berikut ini adalah pelajaran yang saya pilah dan pilih dari buku 21 Hukum Kepempinanan Sejati karya John Maxwell.

Pada Mulanya; Pemikiran Pemimpin

Tidak ada yang namanya terlahir secara alami sebagai pemimpin. Itu karena dia lahir dari orangtua yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang besar. Entah itu diwariskan melalui gen atau kebiasaan-kebiasaan yang dicontohi sang anak dari orangtuanya. Entah itu orangtua kandung atau orangtua angkat/pengasuh. Satu-satunya pola berpikir benar untuk menjadi pemimpin adalah melatihnya dengan belajar mengenai kepemimpinan. Lakukanlah sesuatu berdasarkan skala prioritas. Karena tidak semua kegiatan termasuk prestasi.  Kita harus rela berkorban demi peningkatan. Benar kata  Gerald Brooks; “ Jika Anda menjadi pemimpin, Anda kehilangan hak untuk memikirkan diri sendiri. “ Tanggung jawab kita bertambah, sementara hak kita berkurang. Pilih skala prioritas tersebut menggunakan pemikiran, bukan berdasar perasaan.

Ketika Pemimpin Berkata

Semuanya akan mendengarkan. Pemimpin atas dasar posisi selalu ingin duluan berbicara dan yang mendengarkan hanya bawahannya yang berdasar posisi pula. Sementara pemimpin sejati biasanya berbicara di akhir pertemuan dan semua orang mendengarnya. Karena ujian sesungguhnya terhadap kepemimpinan bukanlah darimana Anda memulainya, tapi bagaimana Anda mengakhirinya.  Bagaimana agar kita bisa didengarkan? Kita baru bisa didengarkan setelah karakter kita dipercayai. Karakter melahirkan kepercayaan yang kekal. Persis seperti ungkapan J.R. Miller; “ karakter seseorang takkan pernah dapat dikuburkan “. Karakter lahir dari kebiasaan, kebiasaan lahir dari tindakan, tindakan lahir dari perkataan dan perkataan lahir dari pemikiran. Karenanya, setelah berpikir dan berkata, pemimpin harus segera merealisasikannya dalam tindakan.

Apa yang Dilakukan Seorang Pemimpin?

Seperti investasi, kepemimpinan memerlukan adanya proses. Kita tidak akan kaya hanya dalam semalam. Maka untuk menjadi pemimpin di hari esok, belajarlah hari ini. Peribahasa kuno berbunyi; “ para juara tidak menjadi juara di atas ring, hanya saja mereka dikenal menjadi juara disana. “  Karena mengetahui bahwa apa yang dia lakukan kepada orang lain berbanding lurus dengan apa yang orang lain lakukan padanya, maka pemimpin akan berinisiatif untuk berhubungan baik kepada orang lain. Kita tidak akan bisa memimpin orang lain tanpa terlebih dahulu menyentuh hatinya. Itulah mengapa pemimpin harus mengedapankan akhlak (sosial).

Karakter Seorang Pemimpin

Anda mungkin mengira bahwa seseorang yang mengemudikan kapal adalah kapten kapal tersebut. Secara fisik, pengemudi kapal memang mengemudikan kapal, tapi dia juga tunduk berdasarkan perintah kapten. Mengapa pengemudi kapal mau-mau saja tunduk pada perintah sang kapten? Karena orang-orang dengan sendirinya mengikuti seseorang yang lebih mempunyai kemimpinan daripada dirinya sendiri. Karakteristik pemimpin dapat dilihat dari lingkungannya. Ianya memberdayakan orang-orang di sekitarnya agar menjadi pemimpin selanjutnya. Ianya menciptakan pergaulan para pemimpin. Untuk itu, dibutuhkan seorang pemimpin untuk mengangkat pemimpin lainnya. Mustahil memberi tanpa memiliki. Sebagaimana mustahilnya seorang pengikut mengangkat seorang pemimpin.

Ditakdirkan Sebagai Pemimpin; Buah dari Kepemimpinan

Kemampuan memimpin berbanding lurus dengan efektivitas seseorang. Rumusnya sederhana saja, jika kemampuan memimpin kita bernilai 7, maka efektivitas kita tidak lebih dan tidak kurang dari 7 juga. Olehnya, untuk melihat peningkatan efektivitas organisasi, peningkatan kualitas kepemimpinan pemimpinnya mutlak adanya. Kalau tidak begitu, jalan terakhir adalah dengan mengganti pemimpinnya. Daya tarik Anda bergantung pada siapa yang tertarik atau mengikuti Anda. Semakin kita meningkatkan kualitas diri, semakin berkualitas pula yang tertarik untuk mengikuti kita.

Tidak peduli apa posisi atau profesi Anda, entah itu pengusaha, eksekutif, pengajar, agamawan atau yang lainnya, kepemimpinan harus Anda pelajari. Seperti kata Stephen R. Covey; “ Pemimpin bukanlah posisi, melainkan pilihan. “ Nilai akhir kepemimpinan diukur berdasarkan suksesi kita, mengenai siapa dan apa saja yang kita wariskan. kepemimpinan akan menjadi budaya dan mentalitas dari generasi ke generasi. Karena segalanya jatuh bangun bergantung pada kepemimpinan.

Semoga kepemimpinan kita terbentuk!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar