Jumat, 14 Februari 2014

The Magic of Love


   
   Simposium Plato mengisahkan bahwa dahulu kala manusia merupakan makhluk kombinasi antara pria dan wanita yang bernama manusia Androgini. Saking utuh dan kuatnya, nenek moyang Kita tersebut berani melawan para dewa. Keangkuhan manusia membuat para dewa geram dan berniat memusnahkannya. Pertanyaannya kemudian, jika dewa membunuh manusia, siapa lagi yang akan memuja dan mempersembahkan baginya korban? Ganti rencana, Zeus hendak membelah dua manusia dengan meminta bantuan kepada Apollo untuk membuat lukanya tak terlihat. Manusia Androgini yang telah terbelah, dipisahkan dalam dua arah yang berbeda. Hingga, manusia sibuk untuk mencari belahan jiwanya yang lain. Jika telah menyatu dengan belahan jiwanya tersebut, mereka akan utuh kembali

Sama seperti kisah Plato diatas, Kita adalah pribadi yang terbelah dan sedang usaha untuk menemukan kembali dan terhubung dengan belahan jiwa yang lain. Sebuah pertanyaan dari Sigmun Freud berbunyi; Apa yang diinginkan pria pada wanita? Dan sebaliknya, apa yang diinginkan wanita pada pria? Jawabannya sama dan satu, “ hubungan yang harmonis “. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya membutuhkan keterhubungan. Kita terlahir dari Hubungan, terluka oleh Hubungan dan dapat disembuhkan oleh Hubungan. Yang membuat hubungan renggang dan enggan adalah Kita jua. Hubungan jadi tidak seimbang ketika salah satu dari pasangan memaksakan kehendaknya. Pasangan Anda adalah manusia yang berdiri bebas, bukan perpanjangan diri Anda, fotocopy atau bayangan Anda. Kita harus saling memahami dan saling berempati.

Etika; Menjaga Hubungan tetap Seimbang

Secara etimologi, empati berasal dari bahasa Jerman : EinfuhLung, yang berarti merasa satu dengan seseorang. Menyatu tapi tak bersatu. Berbeda tapi saling melengkapi. Seperti siang dan malam yang tak mungkin bersatu. Namun mereka menyatu dan saling melengkapi satu sama lain. Bayangkan, jika bumi diliputi gelap melulu karena ketidakhadiran siang. Atau bumi yang terlampau gerah, karena malam yang enggan tiba. Perasaan “saling” sangatlah dibutuhkan dalam sebuah hubungan. Dalam bahasa Martin Buber,  Setiap manusia membutuhkan "Kamu" untuk benar-benar memahami "Aku". Kita mencari “Kamu” yang ada dalam pahaman ideal Kita masing-masing. Dr. Harville Hendrix, penulis buku ini,  menyebutnya sebagai konsep imago.

Konsep Imago;  Tentang Apa yang Anda Cari

Seseorang (lawan jenis) yang ada dalam pahaman ideal Anda disebut imago. Setiap manusia mengkonsepsi pasangan ideal mereka masing-masing. Jika bertemu atau melihat lawan jenisnya, alarm imago akan berbunyi pertanda masuk atau lulus kriteria. Konsep imago atau teori standarisasi ini penting untuk membantu Anda menemukan pasangan seperti apa yang Anda cari. Bagaimana bisa kita menemukan sesuatu , sementara kita tak tahu apa sesuatu yang kita cari tersebut? Tentukan dulu standarisasi sebelum menyukai seseorang. Hal itu diperlukan demi memastikan bahwa yang Anda temukan adalah memang yang Anda cari. Anda tidak bisa menyalahkan siapa-siapa lagi atas pasangan yang Anda temukan. Karena standarisasinya Anda tentukan sendiri. Standarisasi tersebut berisikan apa yang harus ada dan apa yang tidak boleh ada pada pasangan Anda. Apa yang anda sukai dan tidak sukai. Itulah konsep imago!

Kabar buruknya, kita berlomba-lomba mencari pasangan yang ideal, yang membuat nilai sosial Kita terangkat. Tanpa pernah menyadari, apakah Kita sudah ideal? Kita mencari sosok seanggun bunda fatima, padahal Kita tak semulia Sayyidina Ali. Fatima hanya pantas untuk Ali, dan Ali hanya pantas untuk Fatima. Itu rumusnya. Kenali diri Anda, cari tahu pasangan yang Anda butuhkan dan temukan tempat dimana Anda dapat berjumpa dengannya. Cinta dapat tumbuh dari intesitas perjumpaan. Orangtua dulu yang dijodohkan misalnya. Awalnya mereka tak terlalu cinta, tapi karena intensitas perjumpaan, mereka saling mencintai sampai beranak-pinak. Intensitas selalu diabaikan oleh manusia modern. Ianya berasumsi bahwa kualitas lebih utama ketimbang kuantitas. Inilah salah satu penyebab perceraian yang menyungai pada manusia modern. Erich Fromm berkata, manusia modern itu sakit. Terlalu ingin dicintai, dengan sedikit saja mencintai. Padahal, dengan mencintai, Anda baru pantas dicintai.

Teori Kepantasan; Apa yang Anda Beri, Itu yang Anda Dapat.
         
Sebelum benar-benar memastikan siapa belahan jiwa Anda, luangkan waktu untuk mencari bantuan profesional. Di barat, mereka mendatangi para psikiater. Penasehat agama, orangtua, saudara, guru atau sahabat mungkin juga dapat membantu Anda.  Salah satu penyebab jomblo adalah ketidak-sesuaian antara penawaran (kepribadian) dan permintaan pasar (kemauan lawan jenis). Penawaran harus berbanding lurus dengan permintaan. Begitu kata teori ekonomi. Jika nilai Anda hanya 6, hanya dua hal yang mungkin Anda lakukan; naikkan nilai atau kualitas diri menjadi 8 agar mendapatkan pasangan dengan kualitas sama atau menurunkan keinginan dengan mencari pasangan yang memiiki kualitas 6 ke bawah.

Apa yang anda beri, itu yang kita dapat.  Pantaskan diri untuk mendapatkan apa yang sesuatu yang kita dambakan. Luaskan wawasan dengan membaca buku dan luaskan pergaulan dengan mengikuti les atau bergabung dengan komunitas tertentu. Cinta bukanlah sesuatu yang ajaib yang jatuh begitu saja dari langit. Keajaiban cinta terletak pada semangatnya yang membawa kita untuk terus berkembang, maju dan menyempurna. Seperti perkataan James Allen; Barang siapa yang mencari pasti menemukan, barang siapa yang mengetuk pasti dibukakan. Carilah dan ketuklah pintu hatinya, semoga dibukakan!

Semoga kita menemukan pasangan sejati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar