Senin, 17 Februari 2014

Zona Bebas Gosip

Apakah kita bisa hidup tanpa gosip? Sebelum menjawabnya, mari kita simak survei yang dilakukan Equisys pada Juli 2002. Mereka menemukan bahwa gosip kantor membuang 65 jam produktif karyawan dalam setahun. Itu baru gosip kantor. Belum lagi gosip rumah, warkop hingga gosip jalanan. Manusia memang membutuhkan komunikasi. Sayangnya, komunikasi yang kita bangun seringkali membicarakan sisi negatif seseorang. Baik sisi negatif seseorang tersebut benar adanya atau hanya persangkaan kita belaka. Maka jangan heran, jika gosip, fitnah, hasud serta dusta akan selalu mengerogoti kehidupan komunikasi kita. Kita jadi "kegatalan" dengan setiap komunikasi yang ada. Seperti bunyi peribahasa China ;" Apa yang dibisikkan di telinga seseorang, sering kali terdengar hingga ratusan mil. "

Dari China, bergeser sedikit ke Korea Selatan. Sudah pernah nonton film Old Boy? Film korea yang satu ini berbeda dengan film korea pada umumnya yang cengeng dan mendayu-dayu. Film tersebut berhasil masuk dalam 250 Top IMDB. Pesan film tersebut adalah betapa gosip dapat merusak bahkan membunuh kemanusiaan. Jika gosip sudah beredar, sulit untuk menariknya kembali.


Apa itu Gosip?  
Gosip adalah komunikasi yang menceritakan keburukan seseorang yang tidak ada dalam proses komunikasi tersebut meskipun  keburukan tersebut benar adanya.. Keburukan yang diceritakan jika fakta disebut bergosip (ghibah), jika fiktif disebut fitnah. Larangan bergosip dalam Al-Qur'an termaktub dalam surah Al-Hujurat ayat 12 ; 

" Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. "

Proses Kelahiran Gosip

Pada mulanya, gosip  bekerja dengan sangat tersembunyi dan tak terkendali. Mungkin kita tidak ingin bergosip. Tapi karena mendengarkan gosip, kita malah terbawa arus sambil mencicipi renyahnya gosip tersebut. Biasanya kita terlena, cepatlah-cepatlah sadar. Gosip lahir dari bisikan iblis. Iblis dalam diri. Iblis yang kita lahirkan sendiri.

Acara-acara gosip selebriti dan pejabat di media juga ikut andil dalam menumbuh-kembangkan budaya gosip. Bila kita senang mendengar gosip, itu berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya kita. Dengan kata lain, jika kita senang mendengar atau menonton acara atau pembicaraan gosip secara tidak langsung kita mengakui bahwa hidup kita tidak penting. Apakah lebih penting  mengurusi urusan orang lain ketimbang urusan kita sendiri ? Nabi Muhammad Saww. berkata ; " Alangkah baiknya orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tak mengurusi/membicarakan aib orang lain. " (HR. Ad-Dailami). Satunya-satunya cara untuk menghindari dampak negatif gosip adalah menghindari gosip sepenuhnya.

Menyikapi Gosip

Gosip dalam agama manapun tidak dibenarkan. Dan dalam etika apapun bukanlah termasuk kebaikan. Jadi gosip, sudah salah, buruk pula. Kita boleh saja berdalih, bahwa gosip itu alamiah. Hanya obrolan ringan. Memang, kita senang jika kita merasa tahu dan ikut dalam bagian pembicaraan. Tidak ada larangan untuk merasakan kesenangan, merasa tahu dan ikut dalam pembicaraan. Selama pembicaraan Anda positif, kenapa tidak? Zona bebas gosip tidak membatasi kebebasan kita dalam berbicara. Kita hanya harus mengendalikannya. Jika bicara itu bebas tanpa kendali, ucapkan perkataan kotor di depan orang tua, polisi, guru dan teman Anda. Niscaya Anda akan mendapat batunya. Nah, jika pembicaraan negatif di depan orangnya saja itu salah, apalagi berbicara negatif di belakangnya?

Komunikasi autentik (jujur dan santun) adalah komunikasi yang sesungguhnya. Faktanya, 90% dari keputusan yang  kita ambil didasarkan pada emosi atau perasaan. Kita lalu menggunakan logika untuk membenarkan keputusan tersebut. Kala emosi tidak tersalurkan dengan baik, maka akan beralih pada minuman keras, narkoba, seks bebas, belanja bebas, tindak kekerasan dan lain sebagainya. Orang lain tak bisa membaca pikiran dan perasaan kita. Mereka bukan paranormal. Untuk menciptakan komunikasi yang autentik dan hubungan yang terbuka, jujur dan terbukalah.

Membangunn Komunikasi yang Bermanfaat!

Jika Kita tak mampu mengatur diri sendiri, maka kita pasti diatur oleh orang lain. Sebagai langkah awal, setidaknya kendalikan dulu diri sendiri. Perlahan, kita akan melihat efek riak (Ripple Effect) yang bersumber dari niat membangun komunikasi yang bermanfaat. Perbaiki diri sendiri terlebih dahulu dan fokuslah pada cinta. Seperti kata Will Smith; Saya tak punya waktu untuk membenci orang yang membenci saya. Karena saya terlalu sibuk untuk mencintai orang yang mencintai saya.


Semoga komunikasi kita bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar