Apakah
kita bisa hidup tanpa gosip? Sebelum menjawabnya, mari kita simak survei yang
dilakukan Equisys pada Juli 2002. Mereka menemukan bahwa gosip kantor membuang
65 jam produktif karyawan dalam setahun. Itu baru gosip kantor. Belum lagi
gosip rumah, warkop hingga gosip jalanan. Manusia memang membutuhkan
komunikasi. Sayangnya, komunikasi yang kita bangun seringkali membicarakan sisi
negatif seseorang. Baik sisi negatif seseorang tersebut benar adanya atau hanya
persangkaan kita belaka. Maka jangan heran, jika gosip, fitnah, hasud serta
dusta akan selalu mengerogoti kehidupan komunikasi kita. Kita jadi
"kegatalan" dengan setiap komunikasi yang ada. Seperti bunyi
peribahasa China ;" Apa yang dibisikkan di telinga seseorang, sering
kali terdengar hingga ratusan mil. "
Dari
China, bergeser sedikit ke Korea Selatan. Sudah pernah nonton film Old Boy?
Film korea yang satu ini berbeda dengan film korea pada umumnya yang cengeng
dan mendayu-dayu. Film tersebut berhasil masuk dalam 250 Top IMDB. Pesan film
tersebut adalah betapa gosip dapat merusak bahkan membunuh kemanusiaan. Jika gosip
sudah beredar, sulit untuk menariknya kembali.
Gosip
adalah komunikasi yang menceritakan keburukan seseorang yang tidak ada dalam
proses komunikasi tersebut meskipun
keburukan tersebut benar adanya.. Keburukan yang diceritakan jika fakta
disebut bergosip (ghibah), jika fiktif disebut fitnah. Larangan bergosip dalam
Al-Qur'an termaktub dalam surah Al-Hujurat ayat 12 ;
"
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di
antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
"
Pada
mulanya, gosip bekerja dengan sangat tersembunyi dan tak terkendali. Mungkin
kita tidak ingin bergosip. Tapi karena mendengarkan gosip, kita malah terbawa
arus sambil mencicipi renyahnya gosip tersebut. Biasanya kita terlena,
cepatlah-cepatlah sadar. Gosip lahir dari bisikan iblis. Iblis dalam diri.
Iblis yang kita lahirkan sendiri.
Acara-acara
gosip selebriti dan pejabat di media juga ikut andil dalam menumbuh-kembangkan
budaya gosip. Bila kita senang mendengar gosip, itu berarti ada sesuatu yang
tidak beres dengan dirinya kita. Dengan kata lain, jika kita senang mendengar
atau menonton acara atau pembicaraan gosip secara tidak langsung kita mengakui
bahwa hidup kita tidak penting. Apakah lebih penting mengurusi urusan
orang lain ketimbang urusan kita sendiri ? Nabi Muhammad Saww. berkata ; "
Alangkah baiknya orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan
tak mengurusi/membicarakan aib orang lain. " (HR. Ad-Dailami).
Satunya-satunya cara untuk menghindari dampak negatif gosip adalah menghindari
gosip sepenuhnya.
Menyikapi
Gosip
Gosip
dalam agama manapun tidak dibenarkan. Dan dalam etika apapun bukanlah termasuk
kebaikan. Jadi gosip, sudah salah, buruk pula. Kita boleh saja berdalih, bahwa
gosip itu alamiah. Hanya obrolan ringan. Memang, kita senang jika kita merasa
tahu dan ikut dalam bagian pembicaraan. Tidak ada larangan untuk merasakan
kesenangan, merasa tahu dan ikut dalam pembicaraan. Selama pembicaraan Anda
positif, kenapa tidak? Zona bebas gosip tidak membatasi kebebasan kita dalam berbicara.
Kita hanya harus mengendalikannya. Jika bicara itu bebas tanpa kendali, ucapkan
perkataan kotor di depan orang tua, polisi, guru dan teman Anda. Niscaya Anda
akan mendapat batunya. Nah, jika pembicaraan negatif di depan orangnya saja itu
salah, apalagi berbicara negatif di belakangnya?
Komunikasi
autentik (jujur dan santun) adalah komunikasi yang sesungguhnya. Faktanya, 90%
dari keputusan yang kita ambil didasarkan pada emosi atau perasaan. Kita
lalu menggunakan logika untuk membenarkan keputusan tersebut. Kala emosi tidak
tersalurkan dengan baik, maka akan beralih pada minuman keras, narkoba, seks
bebas, belanja bebas, tindak kekerasan dan lain sebagainya. Orang lain tak bisa
membaca pikiran dan perasaan kita. Mereka bukan paranormal. Untuk menciptakan
komunikasi yang autentik dan hubungan yang terbuka, jujur dan terbukalah.
Membangunn Komunikasi yang Bermanfaat!
Jika
Kita tak mampu mengatur diri sendiri, maka kita pasti diatur oleh orang lain.
Sebagai langkah awal, setidaknya kendalikan dulu diri sendiri. Perlahan, kita
akan melihat efek riak (Ripple Effect) yang bersumber dari niat membangun
komunikasi yang bermanfaat. Perbaiki diri sendiri terlebih
dahulu dan fokuslah pada cinta. Seperti kata Will Smith; Saya tak punya
waktu untuk membenci orang yang membenci saya. Karena saya terlalu sibuk untuk
mencintai orang yang mencintai saya.
Semoga
komunikasi kita bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar