Senin, 05 Mei 2014

Biografi Soekarno; Penyambung Lidah Rakyat Indonesia


Soekarno adalah salah satu, jika bukan satu-satunya orang indonesia yang paling berpengaruh di dunia. Ia dituduh komunis oleh para imperialis barat. Tapi benarkah dia adalah seorang komunis ? Ia juga difitnah sebagai kolaborator jepang. Mari kita simak biografi singkat Soekarno berikut yang merupakan ulasan buku Biografi Soekarno; Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karta Cindy Adams, wartawati asal Amerika.

Soekarno lahir saat fajar baru menyinsing, pada sebuah awal abad baru, abad yang penuh harapan setelah melalui abad-abad kelam, 1901-06-06 tepatnya. Ibunya adalah keturunan hindu budha asal bali. Sedang ayahnya berasal dari jawa dan  penganut  teosofie islam.   Soekarno menghabiskan masa SMA-nya di Surabaya dan tinggal di rumah teman akrab ayahnya, H.O.S  Tjokroaminoto. Kehidupan mudanya banyak  terhabiskan  di kamar kecil nan gelap hanya untuk membaca. Karena ia tahu pasti, ia tidak punya uang untuk main dan jajan seperti kebanyakan anak muda lainnya. Sebagai gantinya, Soekarno berdiri di atas meja kamar dan berpidato mengikuti cara Tjokroaminoto berpidato yang memang adalah seorang pemimpin politik. Tidak hanya meminjam gaya pidato Tjokroaminoto, Soekarno juga meminjam buku-bukunya, rumahnya dan pemikiran politiknya. Meskipun masih sangat muda, Soekarno sudah menjadi petinggi di organisasi-organisasi kepemudaan, Jong Java salah satunya. Di kamar yang sempit, pemikirannya menjadi sangat luas karena buku-buku yang ia baca. Soekarno menyelami buah pemikiran Karl Marx, Engels hingga Lenin dari rusia. Sampai-sampai Soekarno menguasai tujuh bahasa asing. 


Setelah lulus SMA, cita-cita ayahnya untuk menyekolahkannya ke Belanda dapat saja terkabul jika ibunya tidak melarang. Soekarno juga  termasuk seorang penulis yang andal. Ia bahkan menulis ratusan karangan saat masih muda. Ia juga adalah penikmat film barat. Untuk meraih cita-cita insinyurnya, Soekarno lanjut sekolah tinggi teknik di Bandung. Setelah lulus kuliah, pesan terakhir Rektor kepadanya adalah : “ ijazah ini dapat hancur dan robek disuatu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah, bahwa satu-satunya kekuatan yang dapat hidup terus dan kekal adalah karakter dari seseorang. Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat. Sekalipun orangnya sudah mati “. Aku takkan lupa pesan itu, kata Soekarno.

Setelah Lulus Kuliah

Soekarno banyak menolak tawaran pemerintah (Belanda) sembari berkata; “Tujuan saya bukan untuk membangun rumah, tapi untuk membangun bangsa.” Akhirnya, ia menjadi guru walaupun tidak lama kemudian ia dipecat secara halus oleh pemilik sekolah yang bukan kebetulan adalah orang belanda. Lalu ia fokus dengan konstelasi politik. Soekarno ingin mengubah kultur feodalisme yang mendarah daging. Walaupun keturunan bangsawan,  ia tak ingin dipanggil raden. Walaupun jawanya kental, ia ingin agar masyarakat berbahasa satu, bahasa indonesia. Walaupun beragama islam, ia toleran kepada kristen,budha, hindu dan keyakinan lainnya. Sewindu sama dengan delapan tahun, tahun 1901-1909 adalah windu dengan pemikiran kanak-kanak. 1910-1918 adalah windu pengembangan. 1919-1927 windu untuk mematangkan diri.

Masa-masa di Penjara

Soekarno berteman dengan siapa saja, termasuk pelacur. Baginya, pelacur adalah mata-mata yang paling baik di dunia.  Kendati Belanda terus berusaha memecah‐belah kita menjadi kelompok yang terpisah‐pisah yang masing‐masing membenci satu sama lain. Sebagai gantinya, Soekarno menyusupkan pelacur kepada mereka yang saban malam mereka kunjungi. Apakah Bung Karno tidak takut dipenjara karena terus mempengaruhi rakyat lewat pidato? “Bung, setiap agitator dalam setiap revolusi tentu mengalami nasib masuk penjara. Akupun tahu, bahwa pada satu saat aku akan ditangkap. Hanya soal waktu saja. Aku yakin, bahwa perbuatan‐perbuatanku akan dilukis dalam sejarah dan tantangan terhadapku pun merupakan saat yang bersejarah” jawab Soekarno.

Seorang pahlawan yang hanya mau mengerjakan yang baik tidak pernah kalah untuk selama‐lamanya. Di penjara, Soekarno belajar mandi cepat, makan cepat, membaca cepat dan menulis pun harus cepat. Di Penjara pula, Soekarno menulis tesis tentang kolonialisme yang berjudul Indonesia Menggugat dan kemudian diterbitkan dalam selusin bahasa di beberapa negara dan diguratkan dengan kata yang menyala‐nyala.

Perhatikan kutipan kata-kata Soekarno berikut; “Tuhan berada dimana‐mana, di hadapanku, di belakangku, memimpinku, menjagaku. Ketika kenyataan ini hinggap dalam diriku, aku insyaf bahwa aku tidak perlu takut‐takut lagi, karena Tuhan tidak lebih jauh daripada kesadaranku. Aku hanya perlu memanjat ke dalam hatiku untuk menemui‐Nya. Aku menyadari bahwa aku senantiasa dilindung‐Nya untuk mengerjakan sesuatu yang baik. Dan bahwa Ia memimpin setiap langkahku menuju kemerdekaan. Kemudian aku membaca Al Quran. Dan hanya setelah meneguk pikiran‐pikiran Nabi Muhammad saw. aku tidak lagi mencari‐cari buku sosiologi untuk memperoleh jawaban atas bagaimana dan mengapa segala‐galanya ini terjadi. Aku memperoleh seluruh jawabannya dalam ucapan‐ucapan Nabi Saw.” Mungkinkah orang seperti itu menjadi bagian dari Komunis?

Pertemuan dengan Bung Hatta

Tidak lama setelah bebas dari penjara, Soekarno bertemu dengan Hatta dan Syahrir yang juga telah bebas. Soekarno bebas dari penjara, sedang mereka bebas dari tuntutan akademis kuliahnya di Belanda. Rapat dan perdebatan pun dimulai. Soekarno bertanya; "Siapakah yang akan jadi pimpinan Bung? Bukukah? Kepada siapakah jutaan rakyat akan berpegang? Kepada kata‐katakah? Tidak seorangpun dapat digerakkan oleh kata‐kata. Kita tidak mungkin memperoleh kekuatan dengan kata‐kata dalam buku pelajaran. "Mendidik rakyat supaya cerdas akan memerlukan waktu bertahun‐tahun, Bung Hatta. Jalan yang Bung tempuh baru akan tercapai kalau hari sudah kiamat," kata Soekarno
 
"Rakyat akan mentertawakan Bung Karno kalau masuk penjara sekali lagi," jawab Hatta. "Rakyat akan mengatakan: Itu salahnya sendiri, Kenapa Soekarno selalu mempropagandakan Indonesia Merdeka, sedang dia tahu bahwa Belanda akan menyetopnya. Dia itu gila. Jadi perjuangan untuk kemerdekaan masih akan memakan waktu bertahun‐tahun lagi. Rakyat harus dididik dulu kearah itu." Intinya, Soekarno mau revolusi, bung Hatta mau reformasi. Seperti dugaan Hatta, Soekarnoo ditahan lagi, bahkan diasingkan. Diasingkan di flores, kreativitasnya tidak mati. Dengan tetap tinggal disini, rakyat Marhaen melihat, bagaimana pemimpinnya (Soekarno) juga menderita untuk cita‐cita. Hampir lima tahun di pulau bunga, flores, Soekarno lalu dipindahkan ke Bengkulu karena sering sakit-sakitan. Disanalah, ia mengenal Fatmawati. Tapi karena kecemburuan Inggit, istrinya, Soekarno urung memadunya. Hingga tiba saatnya Jepang menyerang sumatera.

Jepang Menyerang

Persoalan Negeri Belanda sekarang bukan bagaimana membungkam Soekarno. Persoalan Negeri Belanda sekarang adalah bagaimana menyelamatkan dirinya sendiri dari serangan Jepang. Tinggallah Soekarno yang meyakinkan rakyat. Merekapun mengungsi ke Padang. Di Padang, Soekarno berdialog bahasa Prancis dengan kapten Sakaguchi beserta petinggi-petinggi Jepang lainnya. Disanalah Soekarno mengadakan pertemuan yang sampai sekarang tidak banyak orang mengetahuinya. Pertemuan yang sangat besar artinya. Pertemuan yang menentukan strategi Soekarno selanjutnya selama peperangan. Pertemuan yang sampai sekarang memberikan cap kepada Soekarno sebagai "Kolaborator Jepang". Jepang sepakat, bahwa cara yang paling mudah untuk mendekati rakyat adalah mendekati Soekarno. Jepang memerlukan Soekarno.  Dan Sebaliknya, Soekarno juga memerlukan Jepang guna mempersiapkan negeri Indonesia untuk suatu revolusi.

Kembali ke Pulau Jawa

Perbedaan dalam hal partai atau strategi tidak ada lagi. Pada waktu sekarang mereka satu. Pada tahun-tahun itu pula Soekarno membatin, Apakah tidak ada penerus Soekarno? Karena sampai umurnya yang sudah kepala empat, ia belum juga dikaruniai seorang anak. Setelah bercerai dengan inggit,  Bulan Juni 1943, Soekarno menikahi Fatmawati. Di tahun berikutnya Fatmawati melahirkan seorang putera. Umurnya sudah 43 tahun dan akhirnya Tuhan Yang Maha Pengasih mengaruniai Soekarno seorang anak yang pertama, Guntur Sukarnoputra.

Setelah Kemerdekaan

Pada tahun 1945 Kerajaan Dai Nippon bermurah hati menyerahkan kemerdekaan pada Indonesia. Cita-cita Soekarno tentang revolusi belum juga padam. Kita merdeka bukan untuk sewindu saja, kita merdeka untuk berwindu-windu lamanya. Merdeka untuk selama-lamanya. Sekali merdeka, tetap merdeka, kata Soekarno. Singa podium julukan soekarno, atau penyambung lidah rakyat sebagaimana yang beliau katakan pada ribuan masyarakat di Gelora Bung Karno dalam rangka peringatan hut RI tanggal 17 agustus 1963 memang telah tiada. Tapi semangatnya masih ada, masih terasa. Andakah penyambung selanjutnya?

Semoga!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar