Dapatkah
kita berhenti berpikir? Sementara untuk berhenti berpikirpun, kita harus berpikir. Dalam pikiran kita, baik saat
itu senang, sedih, marah, bahagia, dan lainnya tersimpan dalam tiap memori
pikiran kita. Pikiran membentuk pola pikir seseorang benar atau salah. Seperti
misalnya mempengaruhi intelektualitas seseorang, ketika kita meyakini bahwa
kita mampu menangkap suatu pengetahuan misalnya, maka hasilnya kita pasti akan
bisa. Dalam buku Dr. Ibrahim Elfiky yang berjudul Terapi Berpikir Positif,
termuat tentang pengaruh dan kekuatan pikiran. Diantaranya :
1)
Pikiran mempengaruhi fisik dan kondisi kesehatan seperti yang
dapat kita lihat sehari-hari atau terjadi dalam masyarakat, misalnya ketika
seseorang terlalu banyak berfikir, bekerja terlalu keras, pola makan yang tidak
teratur hasilnya adalah seperti
timbulnya berbagai penyakit jantung, stroke, diabetes dan lain-lain.
2)
Pikiran mempengaruhi kondisi kejiwaan dan citra diri. Misalnya penilaian
terhadap diri sendiri ketika seseorang menilai seorang wanita gemuk, maka
wanita tersebut terus menerus memikirnya dan berusaha untuk membentuk tubuh
yang proporsional.
3)
Pikiran membangun optimisme. Misalnya saat kita mengetahui sesuatu
dan memberi tahu orang lain, hasil dari pengetahuan tersebut diapresiasi oleh
orang lain hingga menimbulkan rasa percaya diri untuk lebih mempelajari sesuatu
yang lain dan memberitahukan lagi. Dan begitu seterusnya.
4)
Pikiran tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Kita bisa memikirkan
masa lalu, masa kini, dan masa akan datang.
Juga tidak terbatas ruang atau jarak. Misalnya kita berpikir untuk
berlibur keliling eropa dan membayangkan tempat-tempat yang bisa dikunjungi
ketika melihat hasil foto di artikel tertentu mengenai lokasi wisata tersebut.
5)
Pikiran melahirkan kebiasaan. Misalnya seperti ketika kita
menyusun agenda kegiatan untuk tiap harinya. Ketika saya berpikir untuk
melakukan kegiatan tersebut secara rutin, maka akan lahirlah suatu kebiasaan.
6)
Pikiran mempengaruhi alam bawah sadar. Seperti saat kita mencintai seseorang, tanpa disadari
kita memikirkan orang tersebut dan bisa terbawa ke dalam mimpi.
Konsepsi
Berpikir Negatif
Dengan
memiliki akal untuk kita berpikir, bukan berarti kita sudah sempurna. Karena bisa
saja kita terjebak kepada penyakit berpikir, atau lebih tepatnya berpikir
negatif. Adapun faktor-faktor penyebab
berpikir negatif seperti jauh dari Tuhan, pengalaman buruk, tidak jelasnya
tujuan, rutinitas negatif, inferior dan
lingkungan yang negatif. Dampak dari berpikir negatif tersebut membuat
kita berkata-kata negatif seperti berbohong, mencela bahkan memfitnah. Hingga membuat perilaku, kebiasaan bahkan
takdir kita juga ikut-ikutan negatif. Solusinya hanya satu, mulailah menerapkan
terapi berpikir positif.
Masalah dan
kesengsaraan hanya dalam persepsi. Maksudnya, masalah hanya ada dalam diri
manusia itu sendiri, masalah sepele menjadi berbeli-belit karena persepsi yang
berlebihan mengenai masalah tersebut. Tuhan tidak akan menutup satu pintu
kecuali karena Dia membuka pintu yang lebih baik untuk kita. Kita terkadang
terlalu berpatokan dan mengharapkan pada satu pintu dan tidak mencoba pintu
yang lain yang sebenarnya lebih baik untuk kita. Baiknya, kita belajar dari
masa lalu, hidup untuk hari ini, dan merencanakan masa depan. Seburuk atau
sebaik apapun masa lalu adalah sebuah pelajaran sehingga kita bisa menjalani
hidup pada hari ini, sehingga untuk ke depannya kita tidak mengulangi kesalahan
yang sama.
Tanpa
diberitahu pun, kita semua sepakat bahwa berpikir negatif itu buruk dan
berpikir positif itu baik. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimanakah terapi
berpikir positif itu? Masih dalam buku yang sama, Dr. Ibrahim Elfiky berbagi
petunjuk untuk berpikir positif. Berikut petunjuknya;
1) Optimisme;
Lakukanlah semuanya dengan sepenuh hati. Kejar terus sampai berhasil.
2) Menentukan
tujuan; hendak kemana kita ini? Dalam menulis tulisan inipun, penulis memiliki
tujuan mengapa harus menulis.
3) Rutinitas
Positif; Pergunakan waktu dengan mengikuti kegiatan yang bermanfaat dan
tentunya dengan lingkungan yang positif.
4) Refleksi
Diri; maksudnya, kita meluangkan waktu untuk merenungi apa kesalahan atau
masalah kita dan bagaimana cara untuk memperbaikinya. Refleksi diri sama halnya
dengan dzikir, meditasi, bertapa atau merenung.
Semoga
tulisan tentang berpikir positif ini membawa perubahan positif bagi Anda yang
membacanya. Karena apa yang engkau pikirkan akan kembali padamu. Segalanya berawal dari pikiran, menuju perasaan, dan
berakhir kepada tindakan, maka hati-hatilah terhadap pikiran dan perasaan, sebab hal itu menarik apapun yang dipikirkan. Maka,
pikirkanlah sebelum kita mengawali segalanya!
Pikiran adalah kekuatan yang sangat efektif. Tanpanya, setiap kekuatan hanya besar saja- Victor Hugo.