Sabtu, 17 Mei 2014

Mentalitas Pancasila Sebagai Solusi Problematika Bangsa

            Daoed Joesef pernah berkata bahwa tanah air itu terbagi 3; tanah air riil berupa geografis, tanah air formil berupa Negara dan tanah air mental berupa Pancasila.  Tanah air yang pertama dan kedua sangat bergantung pada tanah air mental. Dengan kata lain, wilayah geografis dan keadaan Negara Indonesia sangat bergantung pada implementasi Pancasila sebagai nilai yang menjadi dasar Negara. Pada kolom Opini Kompas, sabtu 10 Mei 2014 kemarin, Joko Widodo (Jokowi) sempat menuliskan solusinya atas problematika kebangsaan dewasa ini. Solusinya adalah Revolusi Mental.
           Pertanyaannya kemudian apakah memang mental kita sebagai bangsa yang perlu direvolusi? Jika tidak, lalu apa yang perlu direvolusi atau diperbaiki? Jika iya, berarti Pancasila sebagai tanah air mental harus membuktikan dirinya sebagai nilai dasar Negara yang dapat menjawab problematika kebangsaan. Untuk menjawab pertanyaan ini, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa saja problematika kebangsaan kita secara garis besarnya dan apa yang menjadi penyebabnya.

Faktor-Faktor Problematika Kebangsaan

            Problematika menurut Martin Heidegger adalah ketidakcocokan antara das sein (apa yang terjadi) dengan das sollen (apa yang seharusnya terjadi).  Analisis penulis, berikut adalah sebagian besar faktor yang menyebabkan terjadinya problematika kebangsaan. Diantaranya;

1)     Intoleransi karena Kedangkalan Spritualitas

     Laporan The Wahid Institute menyebutkan praktek intoleransi sepanjang tahun 2013 yang dialami kelompok agama minoritas seperti Ahmadiyah, Syiah, Protestan, Katolik, dan mereka yang dituduh sesat sebanyak 245 kasus. Hal ini diperparah oleh gagalnya Rancangan Undang-Undang Kerukunan Umat Beragama dibahas dalam program legislasi nasional di DPR 2010-2014.

2)     Defisit Moral
     
Setelah maraknya kekerasan terhadap umat beragama karena berbeda keyakinan hingga berdampak pada intoleransi, problematika bangsa kemudian ditambah dengan kekerasan secara fisik. Kenyataan itu tercermin dari maraknya pelecehan seksual, SARA, kejahatan geng motor hingga pembunuhaan akhir-akhir ini.

3)     Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi bangsa adalah upaya untuk memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah susah payah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa berpuluh tahun lamanya. Disintegrasi tersebut kemudian diorganisasikan secara separatis berupa pemberontakan untuk berpisah dari NKRI seperti yang pernah dilakukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan sampai sekarang diupayakan oleh beberapa masyarakat Papua yang menginginkan lepas atau katanya merdeka dari Indonesia.

4)     Krisis Kepemimpinan (Politik dan Hukum)

Reformasi yang diagung-agungkan sebagai simbol demokrasi Indonesia demi kepemimpinan yang lebih demoktatis dan menjauh dari tirani kekuasaan orde baru dan lama ternyata masih berpunggungan antara harapan dan kenyataannya. Faktanya, sejak era reformasi angka golput justru makin bertambah. Pemilu 1999 angka golput 10,21%, Pemilu 2004 naik menjadi 23,34%, dan Pemilu 2009 naik lagi menjadi 29,01%. Bandingkan dengan angka golput pada pemilu era Orde Lama dan Orde Baru (1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997) yang tak pernah lebih dari 10%.

Untuk Pemilu Presiden dan Pemilu Kepala Daerah, angka golput juga tinggi. Pilpres 2004 angka golput 21,5%, Pilpres 2009 naik menjadi 23,3% (angka partisipasi pemilih Pilpres 2009 sebesar 72,09%). Angka golput pemilukada rata-rata 27,9%. Namun, hasil pemilu 2014 yang baru dirilis KPU baru-baru ini menunjukkan tren positif dengan meningkatnya partisipasi pemilih menjadi 75,11 %. Itu baru kepemimpinan politik, belum termasuk kepemimpinan hukum yang masih menyisakan problematika tersendiri yang tak kalah mencemaskannya. Lihat saja kasus suap hakim, polisi dan jaksa yang berujung pada tertangkap tangannya hakim Mahkamah Konsitusi; Akil Muchtar.

5)     Korupsi dan Pemiskinan

Berbicara mengenai problem bangsa, akal kita seakan-akan otomatis berpindah pada apa yang disebut sebagai korupsi. Penjarahan uang rakyat oleh pejabat pemerintah. Mulai dari menteri, kepala daerah hingga bank, semuanya tergiur dengan korupsi. Setali tiga uang, korupsi kemudian melahirkan anak kandung yang bernama pemiskinan. Bukan kemiskinan, tapi pemiskinan karena jumlahnya yang banyak dan telah menjadi masalah bangsa turun-temurun dan belum menemui jalan keluarnya. Padahal, jika dikelola dengan baik, sumber daya alam bangsa kita yang kaya ini tentulah cukup untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Mentalitas Pancasila sebagai Solusi Problematika Bangsa

            Dalam buku berjudul Negara Paripurna yang ditulis oleh Yudi Latif, disebutkan bahwa Pancasila merupakan proses penggalian secara mendalam dari apa yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Bukan ikut-ikutan bangsa lain. Maka sekarang, kita dengan bangga menyebut Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan berdiri pada kaki sendiri. Bukan bangsa fotokopi.  Ideologi murni Indonesia. Bukan ideologi kapitalis kanan, komunis kiri ataupun Islam. Pancasila merupakan lima Dasar Negara. Pertanyaan yang timbul kemudian, sejauh manusia mentalitas pancasila untuk menjawab problematika kebangsaan?

            Intoleransi disebabkan oleh kedangkalan spritualitas. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa meniscayakan kita sebagai bangsa Indonesia untuk menghargai keyakinan orang lain selama tidak mengganggu keyakinan orang atau kelompok lain. Dengan ego Tauhid, kita memahami bahwa kita semua adalah makhluk dan berasal dari Diri Yang Satu; Tuhan. Sementara, defisit moral terjadi karena kita lebih sering mendahulukan kepentingan diri di atas kepentingan sosial. Kita tidak memanusiakan manusia. Kita tidak menjalankan apa yang diamanatkan oleh sila kedua; kemanusiaan yang adil dan beradab (moral/etika).

            Sementara disintegrasi bangsa yang memicu perpecahan NKRI berawal dari paham sempit yang merasa suku atau daerah lebih unggul ketimbang suku, daerah atau bahkan bangsa Indonesia. Seandainya kita memahami sejarah, tentulah kita sadar bahwa kita lahir sebagai bangsa Indonesia atas perjuangan bersama melawan penjajahan yang kemudian menginspirasi para pejuang bangsa untuk mengikrarkan sila ketiga; Persatuan Indonesia. Bersatu untuk melawan pengaruh buruk dari pihak luar (Negative Nasionalism) dan bersatu untuk menawarkan yang baik dari dalam (Positive Nasionalism).

            Adapun krisis kepemimpinan baik dalam  segi hukum maupun segi politik tentukah menciderai cita-cita luhur demokrasi. Hal ini terbukti dari kasus suap hakim dan politik uang (Money Politic). Sila keempat sebenarnya telah menjawab solusi dari masalah ini berpuluh-puluh tahun lalu dengan mengutamakan musyawarah yang dipimpin oleh ia yang hikmat lagi bijaksana. Namun, kesejahteraan politik takkan bisa tercapai jika masih ada perut yang kosong. Dengan kata lain, kesejahteraan politik harus selalu berbarengan dengan  kesejahteraan ekonomi. Penerapan keadilan secara distributif (proporsional) dan komutatif (sama rata) kepada seluruh rakyat Indonesia merupakan solusi kelima yang ditawarkan oleh Pancasila.

Kesadaran Mental Pancasila adalah Kunci Kesadaran Bernegara dan Berwilayah

            Tanah air mental atau Pancasila adalah kunci untuk meransang kesadaran bernegara dan berwilayah. Wilayah geografis kita tak ada artinya jika tidak diatur oleh para pejabat Negara. Sementara pejabat Negara tidak dapat dikatakan Negarawan jika tidak bermental pancasila. Mental adalah jiwa atau watak dari suatu entitas. Maka, watak kita sebagai bangsa, tercermin dari sejauh mana kita menerapkan nilai-nilai yang ada pada Pancasila. Baik dari kelima silanya maupun 45 butir Pancasila sebagai pedoman praktis dalam berbangsa. Inti dari Pancasila adalah gotong-royong atau kebersamaan. Menolak mentah-mentah paham individualis. Jadi, untuk dapat dikatakan berbangsa atau lebih luhurnya berindonesia, milikilah jiwa yang gotong-royong, jiwa kebersamaan.

Salam Pancasila!

Minggu, 11 Mei 2014

Mengapa Kita Diciptakan


            Tujuan dari misi kenabian adalah untuk dapat membimbing manusia menemukan tujuan hidupnya. Kita tidak mungkin mengasumsikan bahwa ada tujuan yang diinginkan Tuhan dalam penciptaan manusia. Karena jika Tuhan memiliki tujuan, berarti ada yang belum Dia memiliki sehingga Dia harus harus bertujuan untuk memenuhi atau melengkapi sesuatu yang belum Dia memiliki tersebut. Jika ada yang belum Tuhan miliki, berarti Tuhan mempunyai kekurangan. Jika Tuhan mempunyai kekurangan, berarti Tuhan tidak sempurna. Jika Tuhan tidak sempurna, maka ia tidak dapat disebut Tuhan. Olehnya itu, Tuhan tidak memiliki tujuan dalam proses penciptaan manusia. Tetapi, jika ia tidak memiliki tujuan, apakah penciptaan manusia hanyalah sesuatu yang sia-sia?

            Tujuan penciptaan adalah untuk keperluan makhluk itu sendiri, bukan untuk Tuhan. Dalam pengertian lain, tujuan penciptaan mencakup dan menjadi bagian dari proses penyempurnaan makhluk, bukan untuk penyempurnaan Tuhan. Dalam pengertian ini, kita dapat memahami suatu konsekuensi bahwa setiap induvidu memiliki tahapan-tahapan penyempurnaan yang harus dicapai. Jika seseorang telah mencapai puncak penyempurnaannya, maka dapat dikatakan bahwa dia telah diciptakan demi mencapai penyempurnaan tersebut. Lalu, bagaimana dengan ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin yang hanya untuk “menghamba” kepada Tuhan?

Senin, 05 Mei 2014

Biografi Soekarno; Penyambung Lidah Rakyat Indonesia


Soekarno adalah salah satu, jika bukan satu-satunya orang indonesia yang paling berpengaruh di dunia. Ia dituduh komunis oleh para imperialis barat. Tapi benarkah dia adalah seorang komunis ? Ia juga difitnah sebagai kolaborator jepang. Mari kita simak biografi singkat Soekarno berikut yang merupakan ulasan buku Biografi Soekarno; Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karta Cindy Adams, wartawati asal Amerika.

Soekarno lahir saat fajar baru menyinsing, pada sebuah awal abad baru, abad yang penuh harapan setelah melalui abad-abad kelam, 1901-06-06 tepatnya. Ibunya adalah keturunan hindu budha asal bali. Sedang ayahnya berasal dari jawa dan  penganut  teosofie islam.   Soekarno menghabiskan masa SMA-nya di Surabaya dan tinggal di rumah teman akrab ayahnya, H.O.S  Tjokroaminoto. Kehidupan mudanya banyak  terhabiskan  di kamar kecil nan gelap hanya untuk membaca. Karena ia tahu pasti, ia tidak punya uang untuk main dan jajan seperti kebanyakan anak muda lainnya. Sebagai gantinya, Soekarno berdiri di atas meja kamar dan berpidato mengikuti cara Tjokroaminoto berpidato yang memang adalah seorang pemimpin politik. Tidak hanya meminjam gaya pidato Tjokroaminoto, Soekarno juga meminjam buku-bukunya, rumahnya dan pemikiran politiknya. Meskipun masih sangat muda, Soekarno sudah menjadi petinggi di organisasi-organisasi kepemudaan, Jong Java salah satunya. Di kamar yang sempit, pemikirannya menjadi sangat luas karena buku-buku yang ia baca. Soekarno menyelami buah pemikiran Karl Marx, Engels hingga Lenin dari rusia. Sampai-sampai Soekarno menguasai tujuh bahasa asing. 

Selasa, 29 April 2014

Al-Quran 100% Asli; Sunni-Syi'ah Satu Kitab Suci


Apakah kitab suci benar-benar suci? Sucikah ia dari distori dan intervensi manusia di dalamnya? Apakah yang Maha Suci benar-benar menjaga kesucian kitab suci tersebut? Pemeluk agama apapun, meyakini kesucian kitab suci adalah salah satu kewajiban. Begitupun dengan agama yang penulis yakini, Islam.  Bahkan dalam rukun iman yang terdapat dalam agama Islam mewajibkan seorang muslim bukan hanya meyakini kitab suci agama Islam yaitu Al-Qur’an, tapi juga kitab suci yang pernah diturunkan Tuhan kepada Musa, Daud dan Isa. Berikut ini merupakan ulasan mengenai buku Al-Qur’an 100% Asli; Sunni-Syi’ah Satu Kitab Suci oleh H. A. Muhaimin Zen mengungkapkan mengenai keaslian Al-Qur’an serta pandangan kedua mazhab.

Kamis, 24 April 2014

Dasar-dasar Pemikiran Hukum Ekonomi Indonesia


Hukum tentu berbeda dengan ekonomi. Namun, seiring perkembangan waktu diperlukan hukum untuk mengatur dan mengawasi kegiatan ekonomi. Pada awalnya berbagai kegiatan ekonomi dikenal dalam hukum dagang kemudian menjadi hukum perusahaan. Namun, kedua hal ini bersifat keperdataan (privat). Padahal, perkembangan perekonomian berkembang secara terus menerus dan tidak hanya mengurus kepentingan privat saja, tapi juga urusan publik. Maka, lahirlah hukum ekonomi yang mengurus kepentingan baik itu privat maupun publik. Hukum ekonomi di Indonesia terbagi menjadi hukum ekonomi pembangunan dan hukum ekonomi sosial.

Selasa, 22 April 2014

Kehidupan Setelah Mati


  
   Mati adalah sebuah kepastian yang akan dialami oleh setiap yang bernyawa (QS. an Nisa: 78). Tinggallah bagaimana Kita menyikapi kematian itu. Kematian adalah rahasia Tuhan, disamping jodoh dan rezeki. Kita datang dari sisi Tuhan dalam keadaan suci, sudah seharusnya kita kembali ke hadirat-Nya dalam keadaan suci pula. Ibn Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij Al-salikin memaparkan proses at-tamhis (proses pembersihan) dalam tiga tahap. Di dunia, di alam barzakh dan terakhir di alam akhirat. Inilah indikator, betapa besar kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya, hingga-hingga disucikannya kita sebanyak tiga kali. Garis besarnya ada dua:

 I.   Sebelum Kematian
   Dalam Perspektif Sufi, kematian terbagi atas dua. Kematian yang pertama adalah kematian alami. Yaitu kematian yang semua manusia mengalaminya. Sedang kematian yang kedua adalah kematian irady. Kematian yang belum tentu semua manusia mengalaminya.  Mematikan ego, atau lebih sederhananya: perbaikan akhlak. Seperti sabda Rasul Saw. : “ Mutu qabla antamutu “, Matilah kamu sebelum Mati. Jadi, sebelum kematian jasadi, Kita harus membunuh ego kebinatangan Kita. Sebagai ganti perbaikan amal. Untuk apa? Karena amal perbuatan Kita di dunia sekarang akan  berpengaruh pada dunia selanjutnya.  Untuk menyadari perilaku, Kita harus memahami tujuan dan konsekuensi perilaku tersebut. Jawabannya ada pada;


Minggu, 20 April 2014

Fatimah az-Zahra


Ibu adalah tiang bangsa, begitu kata Nabi Saw. Betapa tidak, dari rahim ibulah lahir putra-putri penerus masa depan bangsa. Jika ibunya mulia, mulia pula masa depan bangsa tersebut. Dan sebaliknya. Jika ibunya abai, terabaikan pula masa depan bangsa. Semua ibu kandung para Nabi pastilah ibu-ibu yang mulia. Bagaimana dengan Nabi Muhammad Saw yang ditinggal wafat oleh ibunya sejak masa balita? Siapakah yang memberikan kasih sayang ibu kepada Beliau Saw?

Setelah ditinggal wafat oleh ayahnya saat Muhammad Saw. masih dalam kandungan, ia ditinggal wafat oleh ibunya saat balita. Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh kakeknya. Setelah ditinggal wafat oleh kakeknya saat masih kanak-kanak, ia diasuh oleh pamannya, Abu Thalib ayah Ali bin Abu Thalib hingga beliau Saw. menikah dengan Khadijah pada usia  beliau Saw. yang ke-25 tahun. Praktis, kasih sayang ibu sebelum beliau Saw. menikah justru ia dapatkan dari kakek dan pamannya yang notabenenya lelaki.

Pasca meninggalnya Khadijah sesaat sebelum peristiwa hijrah ke Madinah, tidak ada lagi perempuan yang memberikan kehangatan ibu pada beliau Saw. kecuali anaknya sendiri, Fatimah Az-Zahra. Dialah putri yang membasuh luka Beliau Saw. sepulang perang. Dialah putrid yang menunggu kepulangan ayahnya di pintu gerbang. Dialah putri yang menangis ketika ayahnya dihina oleh pemuka kaum Qhuraisy. Dialah yang memberikan kelembutan perempuan khas ibu kepada ayahnya. Dialah ibu bagi ayahnya.

Kamis, 17 April 2014

Nalar Religius; Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan Manusia


Pernahkah Anda berpikir tentang penelitian filsafat? Meneliti sesuatu yang sifatnya non materi. Adapun obyek penelitiannya seperti Alam semesta, manusia bahkan Tuhan yang Ghaib sekalipun. Sebagian dari kita berideologi, berkata, bertindak hingga teraplikasikan dalam gaya hidup tanpa memikirkan untuk apa hal itu ada dan apa manfaatnya untuk diri kita sendiri. Berikut ini adalah subyektivitas penulis dalam meresensi buku Nalar Religius; Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan Manusia yang ditulis oleh Mulyadhi Kartanegara.

Rabu, 16 April 2014

Midas Touch


            Apa tugas utama seorang pengusaha? Menciptakan lapangan pekerjaan dengan kuantitas sebanyak mungkin dan dengan kualitas sebaik mungkin. Kalau memang semulia itu, siapa lagi yang tidak ingin menjadi pengusaha? Bukan itu masalahnya! Masalahnya adalah beberapa orang hanya bermimpi jadi pengusaha. Walhasil, usahanya mandek di tengah jalan, kalau bukan bangkrut.  Orang seperti itu bukan pengusaha, mereka hanya pemimpi. Lalu bagaimana sejumlah pengusaha menjadi kaya raya, sementara sebagian besar lainnya justru bangkrut?

            Di tengah-tengah zaman dengan tingkat pengangguran yang tinggi, siapa yang tidak membutuhkan lapangan perkerjaan? Ironisnya, permintaan lapangan pekerjaan (sedikit) tidak berbanding lurus dengan sarjana cetakan perguruan tertinggi (banyak). Akhirnya, pengangguran bagaikan jamur di musim hujan. Hanya pengusahalah yang dapat memanfaatkan jamur tersebut menjadi pundi-pundi uang.  Hanya karakter pengusaha yang dapat menjadi win-win solution. Mari kita simak pesan dari pengusaha sekaliber Donald Trump dan Robert Kiyosaki untuk menjadi pengusaha, bukan pemimpi;

Selasa, 15 April 2014

Filsafat Perempuan dalam Islam


Perempuan memiliki potensi yang sangat besar terhadap kehidupan. Sebelum era 20-an kita mengetahui dengan jelas bahwa adanya perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki. Setelah era 20-an muncullah gerakan feminisme atau disebut juga sebagai garakan persaman hak-hak perempuan dengan lelaki. Feminisme, baik yang ke barat-baratan ataupun timur tidak sesuai dengan syariat Islam dalam beberapa hal. Melihat fenomena tersebut, Murtadha Muthahhari melakukan pembahasan khusus yang dituangkan dalam buku Filsafat Perempuan. 

Rabu, 09 April 2014

Imam Mahdi


Apa yang Anda ketahui tentang Imam Mahdi? Dialah pemimpin besar umat Islam pada akhir zaman. Dalam buku yang berjudul Teladan Abadi; Imam Mahdi terbitan The Ahl-ul-Bayt World Assembly membahas mengenai kelahiran dan kehidupan Imam Mahdi menurut berbagai pandangan dan bagaimana pula kita sebagai umatnya menyambut kehadiran beliau.

Senin, 31 Maret 2014

Shalat sebagai Terapi Psikologi

Untuk apa kita shalat? Apakah shalatnya kita hanyalah akumulasi-akumulasi kebiasan yang melahirkan rutinitas? Ataukah kita shalat karena takut siksa neraka? Ataukah pula kita shalat karena ingin kenikmatan surga? Dalam buku Shalat sebagai Terapi Psikologi karya Muhammad Bahnasi membahas tentang shalat yang tidak terfokus kepada gerakannya saja, melainkan makna shalat yang diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Selasa, 25 Maret 2014

101 Soal Perempuan

Quraish Shihab menjawab persoalan seputar perempuan dan dalam menangani berbagai masalah kehidupan seperti fiqih perempuan, pernikahan, hubungan suami istri bahkan pemeliharaan dan pendidikan anak hingga sampai pada gaya hidup perempuan. Akumulasi dari pertanyaan dan jawaban tersebut kemudian dirangkum dalam buku 101 soal perempuan. Beliau menjawab dengan berbagai pendapat Al-Qur’an, hadits, para ulama, serta berbagai pandangan mazhab. Berikut pilahan buku yang menurut subyektivitas penulis perlu Anda ketahui;

Minggu, 23 Maret 2014

Agar Siapa Saja Melakukan Apa Saja Untuk Anda

Hidup ini penuh persaingan. Syaratnya hanya satu, bersainglah secara sehat. Kita tidak sedang berbicara tentang strategi manipulative. Tapi bagaimana mendapatkan pengaruh melalui faktor-faktor psikologis. Soekarno pernah berkata; “Aku terlahir untuk menaklukkan, bukan untuk ditaklukkan“. Faktanya, 90 % dari keputusan yang  kita ambil didasarkan pada emosi atau perasaan. Kita lalu menggunakan logika untuk membenarkan tindakan-tindakan hasil dari keputusan berdasar emosi tersebut. Mempengaruhi seseorang bukanlah menentang konsep diri setiap orang. Melainkan menawarkan konsep diri yang lebih universal. Jika keliru, mari kita perbaiki atau tinggalkan. Tapi Jika benar, dengan besar hati kita mesti jalankan bersama.
 
Tenangkan Hati Anda

Pribadi yang percaya diri tidaklah perlu memamerkan kepada dunia betapa hebat dirinya, tetapi membiarkan dunia tahu dengan sendirinya. Jika kita tak mampu mengatur apa yang ada pada diri, maka kita akan diatur oleh apa yang ada di luar dari kita. Tenangkan hati Anda. Rileksasi dengan menarik nafas dalam-dalam, tahan dan hembuskan dengan tenang. Lakukan yoga untuk lebih tenang. Persis seperti yang dikatakan filsuf china, Lao Tse; “Wanita menaklukkan pria dengan ketenangan“. Tersenyumlah, karena senyum mengandung 4 hal penting. Kepercayaan diri, kebahagiaan, antusiasme dan penerimaan. Penelitian membukktikan bahwa tersenyum benar-benar bisa membuat kita tenang dan santai. Lalu gunakan bahasa positif dan sikap positif agar Anda terpersepsi positif. Setelah itu baru;

Jumat, 21 Maret 2014

Teologi dan Falsafah Hijab



Tulisan ini adalah resensi, komentar dan analisis buku Teologi dan falsafah Hijab karya Murtadha Muthahhari. Padanan kata hijab adalah penutup atau tirai. Pada zaman dahulu lebih lazim digunakan dengan kata satr dibandingkan hijab. Karena pada zaman dahulu makna hijab dengan perempuan diartikan perempuan di balik tirai atau menutup seluruh auratnya dengan tirai. Ini diartikan sebagai wanita hanya dirumah dan tidak boleh keluar dan melakukan kegiatan apapun. Hal ini sama seperti tradisi di India dan Iran kuno. Namun, dalam islam sesungguhnya tidak demikian. Wanita diperbolehkan keluar rumah asalkan menutup auratnya dengan hijab atau kerudung. 

Selasa, 11 Maret 2014

Working Smart


Sudah nonton Superman; Man of Steel? Sudah tahu juga kan, kalau Kal si superman itu bukan manusia planet bumi  seperti kita? Kecuali jika Anda merasa manusia super yang berasal dari planet lain, tak mengapa Anda mengerjakan segala hal seorang diri. Tapi kalau tidak dan pasti tidak, maka Anda harus dapat bekerja sama secara tim jika Anda ingin lekas berhasil dalam melakukan suatu hal. Lucu saja ketika Anda yang menjadi penyerang, bertahan, pelatih sekaligus kiper dalam sebuah tim sepakbola. Bahkan permainan atau olahraga seindividual golf, membutuhkan orang lain untuh meraih kesuksesan atasnya. Minimal pelatih. Kita adalah makhluk sosial. Dalam bidang apapun, baik itu mencari pasangan hidup atau dalam hal bisnis, kita membutuhkan mitra kerja yang Andal. Tapi sayangnya, tidak sedikit penipuan bisnis terjadi karena mitra yang diajak kerjasama ternyata tidak dapat diandalkan. Tidak semua orang dapat dijadikan mitra. Dan tidak semua mitra dapat diandalkan. Sederhananya, inilah langkah mencari mitra kerja yang andal;

1. Memiliki Tujuan yang Sama

Apa jadinya jika dua orang penumpang becak memiliki dua tujuan yang berbeda dalam satu becak? Tukang becak yang setengah mati. Jika Anda tidak ingin bisnis Anda setangah mati seperti tukang becak tadi, temukan mitra kerja yang satu tujuan dengan Anda. Dengan begini, sewaktu-waktu bila bisnis Anda agak menyimpang atau jalan di tempat, Anda dapat saling mengingatkan untuk kembali ke jalur dan melanjutkan perjalanan agar lekas sampai pada tujuan. Tetapkan tujuan dengan mantap dan tukang becakpun akan lebih semangat mengayuh becaknya.

Senin, 03 Maret 2014

Revolusi Harapan


 
   Ditengah-tengah kita ada hantu, ujar Erich Fromm, bukan hantu masa kuno seperti fasisme atau komunisme, tapi hantu yang memaksa kita untuk dimesinkan secara total dan menuntut kita untuk terus memproduksi dan harus mengkomsumsi. Mesin itu bernama komputer. Tujuannya akan berujung pada komputerisasi manusia. Manusia kehilangan hubungan dengan dirinya sendiri, apalagi dengan alam dan Tuhan. Mesin tersebut dibangun seolah perkasa, hingga mendikte kebebasan manusia. Mesin yang tumbuh bak kanker. Bukan tidak mungkin, ianya perlahan akan membunuh peradaban.

Problematika Manusia Mesin

         Problematika atau masalah, menurut Martin Heidegger adalah ketidak-sesuaian antara das sein (apa yang seharusnya) dan das sollen (apa yang ada). Kita sedang diseret dan dibentuk untuk menjadi konsep manusia baru. Manusia tanpa komputer adalah bukan manusia. Kita berhenti menjadi manusia. Sebagai gantinya, kita dipaksa menjadi mesin yang tidak berpikir, tidak berperasaan. Hingga terciptalah sebuah konsep mega mesin. Sebuah mesin raksasa, dimana manusia sebagai partikel-partikelnya. Pada akhirnya, jurang dehumanisasi semakin menganga lebar. Membuat manusia hilang sisi kemanusiaannya. Untuk menjadi manusia seperti ini, mereka hanya memerlukan dua hal; produksi dan komsumsi. Dengan slogan di dahi mereka : Lebih banyak adalah lebih baik.

Minggu, 02 Maret 2014

Terampil Mendengarkan

        Hasil penelitian menginformasikan bahwa manusia menggunakan waktunya 40 % untuk mendengar,  35 % untuk berbicara,  16 % untuk membaca dan 9 % untuk menulis. Hasil tersebut adalah indikator betapa pentingnya kemampuan mendengarkan. Hal ini juga berarti keterampilan mendengarkan menopang keterampilan-keterampilan lainnya. Ironisnya, kurikulum pendidikan kita masih abai terhadap keterampilan yang satu ini.  Mendengarkan bukan sekadar mendengar biasa. Mendengarkan adalah memperhatikan secara serius apa yang dikatakan lawan bicara, termasuk anggota tubuh dan jauh dari sikap kepura-puraan. Sedangkan mendengar adalah tertangkapnya sebuah pembicaraan oleh telinga baik disengaja maupun tidak. Biasanya, kita hanya mendengar, tapi tidak mendengarkan. Persis seperti Adagium inggris; You hear me but you don’t listen to me.

Sebagian besar orang tidak berniat serius mendengarkan. Sikap mendengarnya hanyalah reaksi logis dan konsekuensi dari percakapan saja. Akibatnya, yang timbul hanyalah bantahan dan perdebatan belaka. Kesalahan yang sering dilakukan para pendengar adalah buru-buru memvonis apa yang dikatakan oleh lawan bicara. Seperti menyanggah :  “aku tahu apa yang akan engkau katakan“ , atau biasa juga “Engkau akan mengatakan ini kan?!“. Hal ini menimbulkan kesan tidak baik. Satu-satunya cara memperoleh manfaat terbaik dari perdebatan adalah menghindarinya, kata Dale Carnegie.