Dalam buku Who
Moved My Cheese diceritakan mengenai kisah sulitnya mengatasi setiap
perubahan dalam hidup. Berusaha untuk bertindak serius namun tidak terlalu kaku.
Buku ini diciptakan oleh Dr. Spencer Johnson. Kisah cheese ini diibaratkan mengenai tempat dalam keluarga, perusahaan,
rumah, sekolah, uang, kedamaian batin, dan banyak lainnya. Ketika rekan-rekannya
melihat perubahan dalam hidup, penulis menceritakan tentang cheese-Nya. Berikut
kisahnya;
Bagian Dari
Diri Kita : Si Sederhana dan Si Rumit
Dalam kisah ini terbagi menjadi 4 tokoh yaitu
dua tikus yaitu Sniff (endus) dan Scurry (Lacak) serta dua kurcaci yaitu Hem
(Kaku) dan Haw (Aman). Dimana untuk mewakili diri kita dari sisi sederhana dan
rumit tanpa membedakan usia, jenis kelamin, ras, dan lainnya
1. Sniff : mampu mencium adanya perubahan
dengan cepat
2. Scurry : cepat mengambil tindakan
3. Hem : menolak adanya perubahan karena
takut perubahan adalah hal yang buruk
Empat Tokoh
Kisah ini menceritakan mengenai perubahan
yang terjadi di Labirin. Cheese diibaratkan sesuatu yang kita inginkan dan kita
capai. Sedangkan di Labirin adalah tempat dimana Anda menghabiskan waktu untuk
mencari Cheese. Dua ekor tikus dalam kisah ini lebih bisa menghadapi
permasalahan karena tidak mempersulit keadaan. Berbeda dengan kurcaci yang
lebih pintar dan memiliki emosi manusiawi cenderung mempersulit keadaan yang
ada.
Menemukan
Cheese
Seperti biasa Sniff dan Scurry serta Hem dan
Haw setiap pagi sama-sama mengenakan baju jogging dan mengenakan sepatu mereka
untuk mencari cheese. Dalam pikiran Sniff dan Scurry yang sederhana, mereka
hanya menginginkan cheese keras dan berlubang-lubang seperti yang diidamkan
tikus pada umumnya. Sedangkan dalam pikiran Hem dan Haw yang rumit dan kompleks
menginginkan cheese yang beraneka ragam yang bisa dinikmati. Mereka semua
menemukan cheese yang diinginkan di dalam Labirin tepatnya di stasiun C.
Tidak ada
Cheese!
Keesokan paginya Sniff dan Scurry kembali ke
Stasiun C dan mereka melihat tidak ada cheese disana! Ini membuat mereka
terpukul namun tidak sampai disitu saja. Mereka pergi menelusuri labirin
lainnya dan berusaha menemukan cheese mereka. Berbeda dengan Hem dan Haw yang
berangkat agak siang dan ketika sampai di Stasiun C mereka terkejut bukan
kepalang. Mereka tidak menemukan cheese-Nya! Ini membuat mereka frustasi dan
merasa diperlakukan tidak adil. Mereka hanya menghabiskan waktu hanya untuk
mencari akar permasalahannya. Hal ini rutin terus menerus. Mereka hanya bisa
pulang dengan perut kelaparan, putus asa, dan saling menyalahkan.
Di sisi lain Sniff dan Scurry terus mencari,
pada akhirnya mereka menemukan cheese di Stasiun N yang berisi sangat banyak
cheese dan cukup besar yang membuat mereka bahagia. Sementara Hem terus
berfikir kenapa tidak mencari cheese di tempat lain? Bagaimana dengan nasib
Sniff dan Scurry? Apakah mereka menemukan cheese? Haw mulai menyadari perbedaan
antara produktivitas dan aktivitas dan mengajak Hem untuk mencari di stasiun
lain namun Hem menolak dan tetap pada pemikirannya bahwa cheese itu harus ada
disana.
Mengalahkan
Ketakutan dan Menikmati Petualangan
Akhirnya Haw pun befikir mengenai
ketakutannya apabila ia tersesat di labirin dan tidak menemukan cheese? Atau
bagaimana kalau ternyata ia menemukan cheese yang sangat banyak? dia sadar
bahwa jika ia tidak berubah ia akan mati kelaparan. Hal yang dapat mengalahkan
rasa takutnya adalah menghadapi situasinya dan menikmati petualangan di labirin
dengan harapan menemukan cheese baru.
Bergerak
bersama cheese dan menikmati perubahan
Haw masih terus berlarian di labirin dan
hanya menemukan stasiun dengan sisa remahan cheese yang baru. Ia terus mencari
dan mencari. Dan ia kembali ketakutan lagi dengan mengatakan ia akan tersesat
dan tidak menemukan cheese. Ia menertawakan dirinya sendiri. Semakin ia takut
semakin ia sulit menghadapi keadaan. Ia terus berusaha dan menemukan stasiun N.
Disana terdapat begitu banyak cheese dan ia menemukan cheese baru yang belum ia
kenal. Bahkan ia menemukan dua rekannya Sniff dan Scurry dengan perutnya yang
buncit dan menyambut Haw dengan sukacita. Haw masih memikirkan temannya Hem.
Apakah ia sudah menemukan jalan untuk ke sini? Apakah ia masih menyalahkan kenapa
cheseenya tidak ada di sana? Sempat terfikir oleh Haw untuk mengajak Hem ke
stasiun N. Tapi Hem harus bisa menemukan jalannya sendiri untuk mendapatkan
cheese-Nya!
Hikmah dari
Kisah Tikus dan Kurcaci
Bahwa kita sering terperangkap pada zona
nyaman kita. Terlalu fokus pada satu pintu yang tertutup hingga mengabaikan
pintu lain yang terbuka untuk kita. Kita terlalu pemaaf. Saking pemaafnya, kita
mencari pembenaran atas segala kesalahan kita dengan dalih memaafkan diri
sendiri. Apresiasi itu penting. Tapi, kita juga mesti berani mengkritik diri
sendiri. Karena hidup terus bergerak maju, maka berhenti adalah pilihan yang
keliru apalagi berjalan mundur. Teruslah bergerak! Bergerak menerobos zona
nyaman.
Semoga Bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar