Senin, 03 Maret 2014

Revolusi Harapan


 
   Ditengah-tengah kita ada hantu, ujar Erich Fromm, bukan hantu masa kuno seperti fasisme atau komunisme, tapi hantu yang memaksa kita untuk dimesinkan secara total dan menuntut kita untuk terus memproduksi dan harus mengkomsumsi. Mesin itu bernama komputer. Tujuannya akan berujung pada komputerisasi manusia. Manusia kehilangan hubungan dengan dirinya sendiri, apalagi dengan alam dan Tuhan. Mesin tersebut dibangun seolah perkasa, hingga mendikte kebebasan manusia. Mesin yang tumbuh bak kanker. Bukan tidak mungkin, ianya perlahan akan membunuh peradaban.

Problematika Manusia Mesin

         Problematika atau masalah, menurut Martin Heidegger adalah ketidak-sesuaian antara das sein (apa yang seharusnya) dan das sollen (apa yang ada). Kita sedang diseret dan dibentuk untuk menjadi konsep manusia baru. Manusia tanpa komputer adalah bukan manusia. Kita berhenti menjadi manusia. Sebagai gantinya, kita dipaksa menjadi mesin yang tidak berpikir, tidak berperasaan. Hingga terciptalah sebuah konsep mega mesin. Sebuah mesin raksasa, dimana manusia sebagai partikel-partikelnya. Pada akhirnya, jurang dehumanisasi semakin menganga lebar. Membuat manusia hilang sisi kemanusiaannya. Untuk menjadi manusia seperti ini, mereka hanya memerlukan dua hal; produksi dan komsumsi. Dengan slogan di dahi mereka : Lebih banyak adalah lebih baik.


       Ambil contoh ponsel atau gadget. Di era komunikasi dan sibernasi dewasa ini, ponsel cukup dibutuhkan. Maka muncullah istilah smart phone. Tetapi, pernahkah Kita menggunakan secara cerdas ponsel kita tersebut? Jangan sampai ponsel yang dimaksud hanyalah untuk  unjuk nilai prestisius sosial, bukan pada nilai guna. Smart phone dikatakan smart, jika digunakan dengan dan oleh manusia smart. Dan jangan sampai pula kita terjebak pada homo konsumen. Membeli tanpa manfaat. Kehidupan seperti ini layaknya seseorang yang haus lalu meminum air garam. Semakin diminum, semakin menghauskan. Manusia bukan komputer, dan komputer tidak akan pernah menggantikan manusia. Mari kita susun kembali tentang hakikat manusia.

Menjadi Manusia Seutuhnya

     Karl Marx mendeskripsikan manusia sebagai “ free conscious actifity “ (manusia yang bertindak secara sadar). Binatang yang berpikir, kata Aristoteles. Perbedaan kita dengan tumbuhan, binatang dan komputer adalah kemampuan untuk berpikir dan berperasaan. Belum pernah ada binatang yang membaca, tumbuhan yang mencari jati dirinya serta nenek moyangnya atau komputer yang jatuh cinta dengan kalkulator. Itulah istimewanya kita, menjadi manusia seutuhnya. Mari kita bersatu dalam satu gerakan dan satu kepemimpinan. Mengapa harus satu kepemimpinan? Karena di Negara paling maju sekalipun, kebutuhan akan pemimpin masih menjadi topik utama. Singkatnya, karena saya adalah manusia, maka saya membutuhkan manusia dan dunia. Meminjam istilah Tenense : “ Saya adalah manusia, dan tidak ada manusia lain yang terpisah dari saya. "

    Mesin dan komputer harusnya dan hanyalah sarana untuk mencapai tujuan-tujuan rasional manusia. Berhala kebendaan mesti kita hancur-leburkan. Sebagaimana Nabi Ibrahim as. menghancur-leburkan berhala-berhala Raja Namrud. Kita wajib melakukan redefinisi. Kebutuhan utama kita hanyalah kepada Tuhan. Persis seperti perkataan Dostoyeski : Jika tidak ada Tuhan, semuanya akan menjadi tidak mungkin. Jika seseorang benar-benar menjalankan " sepuluh perintah Tuhan " dari Nabi Musa as., " delapan jalan lurus " ala Budha, dan Kitab-kitab suci masing-masing, maka setiap dari Kita akan hidup lebih seimbang dan bahagia.

Melawan Proyeksi Komputerisasi Manusia

     Yang harus Kita lakukan adalah melawan proyeksi komputerisasi manusia. Ciptakan atau bergabung dengan kelompok. Organisasi itu penting, karena ada hal-hal yang tidak bisa Anda lakukan sendiri. Pergilah ke masyarakat dan bentuk masyarakat teknologis yang manusiawi. Kita harus mencari kekuatan pemersatu, yaitu kemanusiaan. Karena kita berada dalam kondisi sakit. Jauh dari Tuhan dan alam. Sekali lagi, kita bukanlah mesin. Kita jauh lebih sempurna dari itu. Ini bukan film yang sedang digambarkan kepada kita. Kenali diri Anda, kata Socrates. Kita tidak harus berpikiran sama untuk mencintai sesama. Siapapun Anda dan apapun yang Anda lakukan, Anda bisa memberikan kontribusi, minimal melalui ide dan gagasan. Jangan menilai hanya dengan mata satu. Nilailah dengan cahaya akal yang rasional. Dan sisanya terserah Anda!

Selamat menjadi manusia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar