Problematika Manusia Mesin
Problematika atau masalah, menurut Martin Heidegger
adalah ketidak-sesuaian antara das sein (apa yang seharusnya) dan das
sollen (apa yang ada). Kita sedang diseret dan dibentuk untuk menjadi
konsep manusia baru. Manusia tanpa komputer adalah bukan manusia. Kita berhenti
menjadi manusia. Sebagai gantinya, kita dipaksa menjadi mesin yang tidak
berpikir, tidak berperasaan. Hingga terciptalah sebuah konsep mega mesin.
Sebuah mesin raksasa, dimana manusia sebagai partikel-partikelnya. Pada
akhirnya, jurang dehumanisasi semakin menganga lebar. Membuat manusia hilang
sisi kemanusiaannya. Untuk menjadi manusia seperti ini, mereka hanya memerlukan
dua hal; produksi dan komsumsi. Dengan slogan di dahi mereka : Lebih banyak
adalah lebih baik.
Ambil contoh ponsel atau gadget. Di era komunikasi
dan sibernasi dewasa ini, ponsel cukup dibutuhkan. Maka muncullah istilah smart
phone. Tetapi, pernahkah Kita menggunakan secara cerdas ponsel kita
tersebut? Jangan sampai ponsel yang dimaksud hanyalah untuk unjuk nilai
prestisius sosial, bukan pada nilai guna. Smart phone dikatakan smart,
jika digunakan dengan dan oleh manusia smart. Dan jangan sampai pula kita
terjebak pada homo konsumen. Membeli tanpa manfaat. Kehidupan seperti ini
layaknya seseorang yang haus lalu meminum air garam. Semakin diminum, semakin
menghauskan. Manusia bukan komputer, dan komputer tidak akan pernah
menggantikan manusia. Mari kita susun kembali tentang hakikat manusia.
Menjadi Manusia Seutuhnya
Karl Marx mendeskripsikan manusia sebagai “ free conscious
actifity “ (manusia yang bertindak secara sadar). Binatang yang berpikir,
kata Aristoteles. Perbedaan kita dengan tumbuhan, binatang dan komputer adalah
kemampuan untuk berpikir dan berperasaan. Belum pernah ada binatang yang
membaca, tumbuhan yang mencari jati dirinya serta nenek moyangnya atau komputer
yang jatuh cinta dengan kalkulator. Itulah istimewanya kita, menjadi manusia
seutuhnya. Mari kita bersatu dalam satu gerakan dan satu kepemimpinan. Mengapa
harus satu kepemimpinan? Karena di Negara paling maju sekalipun, kebutuhan akan
pemimpin masih menjadi topik utama. Singkatnya, karena saya adalah manusia,
maka saya membutuhkan manusia dan dunia. Meminjam istilah Tenense : “
Saya adalah manusia, dan tidak ada manusia lain yang terpisah dari
saya. "
Mesin dan komputer harusnya dan hanyalah sarana untuk mencapai
tujuan-tujuan rasional manusia. Berhala kebendaan mesti kita hancur-leburkan.
Sebagaimana Nabi Ibrahim as. menghancur-leburkan berhala-berhala Raja Namrud.
Kita wajib melakukan redefinisi. Kebutuhan utama kita hanyalah kepada Tuhan.
Persis seperti perkataan Dostoyeski : Jika tidak ada Tuhan, semuanya akan
menjadi tidak mungkin. Jika seseorang benar-benar menjalankan " sepuluh
perintah Tuhan " dari Nabi Musa as., " delapan jalan lurus " ala
Budha, dan Kitab-kitab suci masing-masing, maka setiap dari Kita akan hidup
lebih seimbang dan bahagia.
Melawan Proyeksi
Komputerisasi Manusia
Yang harus Kita lakukan adalah melawan proyeksi komputerisasi
manusia. Ciptakan atau bergabung dengan kelompok. Organisasi itu penting,
karena ada hal-hal yang tidak bisa Anda lakukan sendiri. Pergilah ke masyarakat
dan bentuk masyarakat teknologis yang manusiawi. Kita harus mencari kekuatan
pemersatu, yaitu kemanusiaan. Karena kita berada dalam kondisi sakit. Jauh dari
Tuhan dan alam. Sekali lagi, kita bukanlah mesin. Kita jauh lebih sempurna dari
itu. Ini bukan film yang sedang digambarkan kepada kita. Kenali diri Anda, kata
Socrates. Kita tidak harus berpikiran sama untuk mencintai sesama. Siapapun
Anda dan apapun yang Anda lakukan, Anda bisa memberikan kontribusi, minimal
melalui ide dan gagasan. Jangan menilai hanya dengan mata satu. Nilailah dengan
cahaya akal yang rasional. Dan sisanya terserah Anda!
Selamat menjadi manusia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar